REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mencabut peringatan dini tsunami akibat gempa 7,3 SR yang terjadi pada Sabtu (15/11) pukul 09:31:44 WIB. Informasi pengakhiran peringatan dini tsunami dari BMKG tersebut diterima oleh Posko BNPB pada sekitar pukul 12.45 Wib.
"BMKG juga telah menyampaikan bahwa telah terdeteksi tsunami kecil di beberapa tempat, yaitu di Jailolo (09:43 WIB-) 0.09 meter, di Manado (09:55 WIB-) 0.03 meter, dan di Tobelo (10:24WIB-) 0.01 meter," kata Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.
Berdasarkan analisis dari Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI), Irwan Meilano dan Masyhur Irsyam), gempa 7.3 SR terjadi akibat subduksi ganda dari lempeng laut Filipina di timur dan Eurasia di barat pada lempeng Laut Maluku. Subduksi ganda menghasilkan kompresi barat timur dengan laju 4cm/thn.
Gempa tadi pagi memiliki mekanisme sesar naik. Sejarah kegempaan yang pernah terjadi adalah gempa tsunami thn 1932 M8.3. Selain gempa tersebut yaitu gempa 1858, M7.4 yang juga menghasilkan tsunami. Pada peta gempa terbaru wilayah tersebut memiliki percepatan tinggi.
Saat ada peringatan dini maka waktu yang tersedia (golden time) untuk evakuasi hanya rata-rata 30 menit setelah gempa. Sumber tsunami di Indonesia adalah gempa lokal sehingga waktu evakuasi hanya singkat. Jika ada kepanikan adalah hal yang wajar karena masyarakat langsung merasakan guncangan gempa. Adanya warning tsunami masyarakat juga harus segera mencari tempat yang tinggi untuk evakuasi sementara.
"BPBD masih melakukan pendataan dampak gempa. Tsunami tidak terlihat di pantai. Kondisi masyarakat normal. Dengan berakhirnya peringatan dini tsunami maka masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa," kata Sutopo.