REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Pemerintah Jepang dan Cina tertarik membentuk kelompok kerja dengan Indonesia untuk memperdalam kerja sama dalam konsep poros maritim yang merupakan salah satu pandangan Presiden Joko Widodo untuk kebijakan lima tahun mendatang.
"Banyak ya yang bisa kita tindak lanjuti setelah ini. Pertama ini adalah penampilan Pak Jokowi sebagai Presiden Indonesia yang baru keluar, menyampaikan misi. Jadi 'right after these three summits' kurang lebih dunia akan paham apa yang diinginkan Indonesia untuk lima tahun ke depan," kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi kepada wartawan di Brisbane, Australia, Sabtu (15/11).
Menlu Retno mengatakan salah satu yang mendapat banyak perhatian adalah konsep maritim dengan infrastruktur penunjangnya.
"Memang salah satu yang banyak mendapat perhatian adalah masalah konsep maritim termasuk di antaranya masalah infrastrukturnya, ada lima pilar di poros maritim itu, ada pilar infrastruktur yang akan banyak memerlukan tindak lanjut, misalnya Jepang, mereka menawarkan working group (kelompok kerja, red) khusus mengenai masalah maritim yang akan ditindaklanjuti. Demikian juga Cina," kataya.
Ia menambahkan,"Saya rasa semua negara termasuk tadi malam saat Presiden bicara dengan ( PM Australia,red) Abott juga dibahas masalah kerja sama di konteks itu. Jadi setelah kunjungan ini, kita akan kumpulkan apa hasilnya dan apa yang harus ditindaklanjuti. Dan biasanya arahan Presiden akan cepat, supaya para menteri cepat menindaklanjuti".
Menlu mengatakan ada beberapa hal yang akan menjadi prioritas untuk ditindaklanjuti sesuai dengan paparan Presiden termasuk pembangunan pelabuhan.
Presiden Joko Widodo sepanjang pekan ini menghadiri tiga pertemuan tingkat tinggi masing-masing KTT APEC, KTT ASEAN dan East Asia Summit serta KTT G-20. Dalam ketiga pertemuan puncak itu, Presiden menyampaikan paparan mengenai pandangan Indonesia dan langkah pemerintah dalam berbagai bidang khususnya terkait hubungan bilateral dan multilateral selama lima tahun mendatang.