Sabtu 15 Nov 2014 17:41 WIB

Ini Cerita Warga Asing yang Naik KM Kelud

Rep: C66/ Red: Winda Destiana Putri
Sejumlah pemudik antre menaiki KM Kelud di Pelabuhan Beton Sekupang, Batam, Sabtu 2(7/8).
Foto: Antara Foto
Sejumlah pemudik antre menaiki KM Kelud di Pelabuhan Beton Sekupang, Batam, Sabtu 2(7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) meluncurkan pelayaran perdana KM Kelud setelah direnovasi. Perbaikan yang signifikan dilakukan di kelas ekonomi kapal perjalanan Jakarta-Batam-Medan tersebut. 

Salah satu penumpang di kelas ekonomi yang ikut dalam pelayaran perdana ini adalah David. Warga Belanda yang tengah berlibur ala backpacker di Indonesia ini mengatakan meski di kelas ekonomi, ia merasa cukup nyaman. Dengan harga tiket Rp 330 ribu, pria berusia 29 tahun itu bisa menikmati kamar mandi dengan konsep toilet di mal-mal mewah Ibu Kota.

"Kamar mandi disini bersih, cukup berbeda dari bayangan saya sebelumnya naik kelas ekonomi seperti apa," ujar David, Sabtu (15/11).

Ia juga menjelaskan ada beberapa fasilitas kapal yang dapat membuat penumpang menghilangkan kejenuhan selama perjalanan. Beberapa fasilitas itu diantaranya tempat olahraga kecil atau mini gym dan game center. Selain itu, ia menilai ruang bermain anak juga sangat tepat disediakan dalam kapal yang sudah berusia 16 tahun ini.

"Disini saya lihat ada ruang bermain anak. It's very good, banyak penumpang yang membawa anak-anak jadi mereka bisa tidak bosan," tambah David.

Namun, menurut David satu hal yang masih kurang dalam KM Kelud adalah fasilitas internet. Ia menuturkan akan sangat lebih baik apabila dalam pembaharuan KM Kelud, fasilitas tambahan berupa zona internet yaitu ruang dengan unit-unit komputer yang terkoneksi internet diadakan. Jaringan wifi juga baiknya tersedia di setiap dek kapal agar penumpang semakin nyaman.

Selain itu, fasilitas yang sudah ada berupa bioskop dalam kapal juga butuh diperhatikan. Hal ini seperti dalam pemilihan film yang bervariatif, juga adanya teks inggris untuk setiap film yang berbahasa Indonesia.

"Kemarin saya ingin nonton film, tapi batal karena yang diputar hanya film Indonesia tanpa subtitle Inggris. Padahal ini salah satu sarana yang bisa menghilangkan kejenuhan," jelas David.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement