REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina, Petro Poroshenko dikabarkan akan menutup fasilitas layanan negara di wilayah yang dikuasai separatis pro Rusia di Ukraina timur, Sabtu (16/11). Poroshenko sedang mempersiapkan surat keputusan resminya.
Dikutip AFP, pejabat keamanan senior mengatakan fasilitas negara yang akan ditutup termasuk sekolah, rumah sakit, dan layanan darurat. Poroshenko telah meminta kabinetnya untuk mengambil langkah tersebut dalam seminggu.
''Untuk menghentikan aktifitas kenegaraan, institusi dan organisasi di wilayah dengan operasi anti teroris,'' kata Poroshenko dalam pernyataan, dikutip AFP. Pejabat senior tersebut mengatakan ini adalah langkah tegas. Menurutnya, permainan telah selesai.
''Semua struktur yang dibiayai negara akan ditutup. Ukraina tidak akan lagi membiayainya, termasuk sekolah, taman kanak-kanak dan rumah sakit,'' kata dia. Dekrit resmi akan tersedia di tengah sibuknya agenda G20 di Brisbane, Australia.
Beberapa waktu lalu, bentrokan kembali terjadi antara pasukan pemerintah dengan pasukan pemberontak. Setidaknya lima orang warga sipil dilaporkan tewas, termasuk dia anak-anak. Padahal, gencatan senjata sedang dilakukan.
Dalam konferensi G20, Presiden Vladimir Putin ditekan Barat karena dituduh mendukung pemberontak. Perdana Menteri Kanada, Stephen Harper dikabarkan berkata keras pada Putin. ''Keluar dari Ukraina,'' katanya. Meski demikian, Rusia tetap menyangkal telah terlibat dalam insiden terakhir.