REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pada ulang tahun keenam, Bank BRI Syariah tetap menunjukkan keunggulan di tengah kelesuan industri keuangan tahun ini. Keunggulan ini antara lain ditandai dengan peringkat lebih baik dari Fitch Rating, pertumbuhan dana pihak ke tiga (DPK), rasio kredit macet (NPF) yang relatif rendah, dan KPR Sejahtera (FLPP) yang kian jadi pilihan masyarakat.
Corporate Secretary BRI Syariah Lukita T. Prakasa di Jakarta, akhir pekan lalu mengungkapkan sudah dua tahun terakhir ini BRI Syariah meraih peringkat AA+ dari Fitch Ratings. Peringkat itu hanya satu tingkat di bawah induk yaitu Bank BRI. ''Peringkat AA+ mengindikasikan kemampuan BRISyariah untuk membayar kewajiban sangat baik,'' kata Lukita.
Dari publikasi Fitch Ratings pada 29 September 2014 lalu, lembaga itu mengafirmasi peringkat nasional jangka panjang PT Bank BRI Syariah (BRI Syariah) adalah AA+(idn). Fitch Ratings juga memberi peringkat nasional jangka pendek F1+(idn) untuk BRI Syariah.
Raihan peringkat AA menunjukkan ekspektasi akan resiko gagal bayar yang sangat rendah terhadap emiten atau surat utang lain di Indonesia. Resiko kredit hanya berbeda sedikit dari emiten-emiten surat-surat utang yang mendapat peringkat tertinggi di Indonesia.
Sementara peringkat nasional F1 menunjukkan kapasitas membayar komitmen keuangan secara tepat waktu paling kuat relatif terhadap emiten atau surat utang lainnnya di Indonesia. Dalam skala peringkat nasional Fitch, peringkat ini diberikan kepada risiko gagal bayar terendah relatif terhadap yang lain di Indonesia. Apabila profil likuiditas secara spesifik kuat, tanda + ditambahkan kepada peringkat yang diberikan.
Lukita menambahkan ketika kinerja sebagian besar bank menurun, bahkan mengalami pertumbuhan negatif, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BRISyariah dari produk tabungan, justru melesat. Perbandingan tahun ke tahun, pertumbuhan DPK tabungan per September 2014 naik 40 persen.
Sementara pertumbuhan DPK tabungan per Oktober 2014 (yoy) mencapai 36 persen. Menurut Lukita, pencapaian tersebut merupakan prestasi yang sangat membanggakan. ''Untuk sebuah bank yang baru berusia enam tahun, kinerja ini luar biasa,'' ungkap Lukita.
Prestasi ini, lajut Lukita, diraih karena BRISyariah menerapkan strategi bisnis out of the box. Saat bank-bank lain berlomba meningkatkan pendapatan dari fee based income, BRISyariah justru menggratiskan. Ia menyebut tabungan Faedah BRISyariah iB disambut antusias masyarakat karena falititas serba mudah yang ditawarkan berupa setoran awal ringan mulai Rp 50 ribu dengan gratis biaya administrasi bulanan tabungan dan kartu ATM.
Terkait pembiayaan mikro, Lukita mengatakan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) pembiayaan mikro BRISyariah sangat rendah di bawah satu persen. Itu karena business model yang dirancang oleh Unit Mikro Syariah (UMS) BRISyariah sangat teliti.
Target pembiayaan mikro BRISyariah relatif jauh lebih rendah dibandingkan bank-bank syariah lain. ''Ini demi menjaga kualitas pembiayaan, sehingga NPF bisa ditekan serendah mungkin,'' kata LUkita.