REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepala Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Besar Sumirat Dwiyanto mengatakan, semua profesi di Indonesia rentan terjadi penyalahgunaan atau terlibat dalam peredaran narkotika. Termasuk semua profesi yang ada di dalam dunia kampus.
"Di dalam kampus yang selama ini ditangani BNN atau Polri sudah cukup banyak, baik itu mahasiswa, dosen, satpam bahkan baru-baru ini guru besar," kata Sumirat kepada Republika, Ahad (16/11).
Sumirat mengatakan, selama ini, sebagian besar penyebab dari penyalahgunaan narkotika di dunia kampus adalah terkait ketidakpahaman terhadap narkotika itu sendiri. Banyak orang yang mengonsumsi narkoba tanpa memperhatikan kerugian yang akan muncul, salah satunya yaitu menghancurkan masa depan termasuk kerugian sosial dan ekonomi.
Pihaknya pun, lanjut Sumirat, telah melakukan langkah-langkah preventif dan represif, salah satunya dengan mengajak perguruan tinggi untuk membentuk satuan tugas (satgas) anti narkotika di lingkungan kampus. Satgas-satgas tersebut lah yang bertugas untuk melakukan pendekatan kepada para penyalahguna atau para calon penyalahguna narkotika.
"Jadi civitas akademika, mahasiswa, dosen dan sebagainya bisa terlibat di sana jadi satgas anti narkoba dengan melakukan penyuluhan, mengingatkan temannya yang penyalahguna, ataupun mengajak untuk rehabilitasi," kata Sumirat.
Saat ini, Sumirat mengklaim ada lebih dari 50 perguruan tinggi, swasta ataupun negeri di Jakarta yang telah menjalin kerjasama dengan BNN terkait pemberantasan narkotika di lingkungan kampus. Begitu juga dengan BNN Provinsi yang ada.
"Kegiatan-kegiatan itu yang terlibat mahasiswa sampai pembantu dekan pun terlibat. Ini bukan cuma gerakan untuk mahasiswa tapi seluruh civitas akademika dari dosen, pembantu rektor, rektor dan sebagainya," ujarnya.