REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sedikitnya delapan warga Palestina ditahan akhir pekan lalu oleh Pemerintah Israel di Yerusalem Timur. Sedangkan, lima orang lainnya di Tepi Barat dipanggil untuk diinterogasi intelijen Israel.
Di Yerusalem, polisi Israel menangkap enam warga Palestina selama penggerebekan pada Sabtu (15/11) Kemarin di Yerusalem. Mereka diketahui bernama Islam, Rabah Odeh, Sharif Rajabi, Abud Abu Sbeih, Anwar Jamjoum, dan Kayed Kiswani.
Kemudian pada Ahad (16/11) polisi Israel menangkap dua bersaudara dari Betlehem saat mereka berada di tempat kerja mereka di Yerusalem. Kedua kakak beradik bernama Adham (19) dan Mohannad Zawahra (17) dituduh telah memasuki wilayah Israel tanpa izin.
Sementara itu, tentara Israel menyerbu Tepi Barat dan desa-desa terdekat Taqu, kamp pengungsian Aida, dan al-Khader, di mana tentara mengultimatum lima warga Palestina untuk diintegorasi intelijen Israel di dekat kompleks militer Etzion.
Tawanan Palestina Club (PPC) melaporkan berbagai keluhan para tahanan Palestina yang ditawan Israel. Para tawanan mengatakan Israel melakukan pembatasan kunjungan keluarga, dan kerap melakukan tindakan provokatif pada tengah malam di sel-sel mereka.
PPC mengatakan bahwa seluruh penjara-penjara Israel melarang tahanan membawa selimut dan pakaian musim dingin yang hangat dari luar, tetapi memungkinkan mereka untuk membeli selimut dari kantin penjara yang tentunya sangat mahal dengan kualitas barang yang sangat buruk.
Lebih dari 5.000 tahanan Palestina masih ditahan di penjara-penjara Israel, di antara puluhan tahanan tersebut harus menjalani hukuman penjara seumur hidup.Menteri Urusan Tahanan Palestina Issa Qaraqi seperti dilansir WAFA, Senin (17/11) mengatakan jumlah tahanan yang sakit di penjara-penjara Israel telah mencapai 1.500 orang.
sekitar 80 tahanan menderita masalah kesehatan yang serius dan tidak mendapatkan pengobatan yang layak. Banyak dari mereka yang menderita penyakit ganas, kelumpuhan, dan cacat, selain kasus-kasus penyakit mental dan gangguan neurologis.