REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listyanto mengatakan ketidakpastian kenaikan tarif bahan bakar minyak (BBM) mengakibatkan timbulnya ekspektasi liar dari para pelaku ekonomi sehingga berpengaruh pada harga bahan pokok.
Menurut Eko, kenaikan tersebut terjadi karena adanya faktor psikologis yang mendorong para produsen untuk mempersiapkan diri agar terhindar dari kerugian pasca kenaikan BBM. "Karena wacana sudah dikeluarkan lebih dulu sehingga ekspektasi nya harga-harga kebutuhan sudah pasti akan naik" ujar Eko Listyanto saat dihubungi Republika, Senin (17/11).
Eko menjelaskan biasanya pemilik usaha besar memiliki persiapan yang lebih matang menjelang kenaikan BBM dibanding para pemilik usaha kecil. Biasanya para pengusaha besar sudah menghitung peningkatan biaya produksi dan biaya distribusi.
Tidak seperti para pengusaha kecil yang menetapkan harga berdasarkan feeling atau perkiraan semata. Sehingga, ia melanjutkan, kenaikan harga menjadi tidak wajar dan tidak terkontrol. "akibatnya harga bisa naik lebih tinggi" papar Eko.
Pada akhirnya, ia menambahkan, yang paling merasakan dampaknya adalah para konsumen. Karena, menurut Eko, para konsumen awam mengenai informasi ditingkat produksi dan distribusi.
Eko berpendapat perlu adanya pengelolaan ekspektasi dari pemerintah agar kenaikan harga bahan pokok dapat terkontrol sewajarnya. Selain itu pemerintah harus cepat memberikan kepastian terkait waktu dan tarif kenaikan BBM.