Senin 17 Nov 2014 14:19 WIB

Mendorong Santri Berjiwa Wirausaha (2-habis)

Rep: sonia fitri/ Red: Damanhuri Zuhri
Santri
Foto: Republika/Yasin Habibi
Santri

REPUBLIKA.CO.ID,

Awalnya, ungkap Jamil, bagi santri yang sudah tampak berniat bisnis akan diberikan modal. Sebelum diberi materi bisnis, mereka belajar enam bulan tentang Alquran.

Sisanya barulah mereka diajari bisnis. Internalisasi nilai-nilai agama, kata dia, harus selalu jadi dasar utama sebelum menjadi pebisnis.

Berkaca pada langkahnya, ia mengimbau agar para pengurus pesantren bisa menghadirkan para pengusaha inspiratif untuk berbagi ilmu dengan para santri.

Agar santri mengetahui betapa mudahnya berbisnis dan sukses. Bisnis tidak membutuhkan modal banyak, hanya perlu Enter, dimulai saja, bukan entar. “Misalnya entar takut bangkrut, takut gagal atau takut ditipu orang,” tuturnya.

Dengan dasar agama yang kuat, ia optimistis santri tidak akan terlena pada keasyikan bisnis yang dekat dengan urusan dunia. Malahan, bisnis baginya merupakan ibadah yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

Ia menyebut sebuah hadis yang mengatakan, salah satu jalan penghapus dosa yang tidak bisa dilakukan dengan shalat, zakat, puasa bahkan haji, ialah dengan mencari nafkah penghidupan.

“Bisnis juga merupakan penerapan dari ilmu agama yang diajarkan di pesantren,” katanya. Misalnya, materi tentang muamalah, bagi hasil dan materi lainnya, berkaitan dengan dunia ekonomi dan bisnis yang jika niatnya baik, akan menghasilkan pahala dunia akhirat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement