Selasa 18 Nov 2014 05:47 WIB

Mahasiswa Setop Mobil untuk Tolak Kenaikan BBM

Foto: Republika/Maisa

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mahasiswa Universitas Ibnu Khaldun berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM dengan menghadang sejumlah mobil, Selasa dini hari.

Aksi dilakukan mahasiswa sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. Mereka melakukan aksi di Jalan Solis Iskandar depan kampus Universitas Abdullah Bin Nuh.

Selain menghadang sejumlah kendaraan, mahasiswa juga membakar ban di pinggir jalan. Aksi mahasiswa di jalan itu berdampak pada terganggunya arus lalu lintas kendaraan.

Menurut mahasiswa, kebijakan menaikkan BBM telah menyengsarakan rakyat kecil karena berdampak pada naiknya harga sejumlah kebutuhan pokok.

Selain berorasi di depan kampus di Jalan Sholis Iskandar, mahasiswa menghadang sejumlah kendaraan di antaranya mobil truk molen yang mengangkut semen.

Sasaran utama mahasiswa sebenarnya adalah mobil tangki Pertamina, Namun sejak aksi berlangsung pukul 23.30 WIB tidak ada mobil tangki Pertamina yang melintas.

Hingga berita ini diturunkan, puluhan mahasiswa ini masih melakukan aksi protes terhadap kenaikan harga BBM.

Mahasiswa mengancam akan terus melakukan aksi sebagai bentuk protes terhadap kebijakan presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM.

Usai pengumuman kenaikan harga BBM, antrian pembelian BBM di sejumlah SPBU mengular.

Pemerintah secara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM pukul 21.05 WIB sebesar Rp2.000.

Terhitung mulai Selasa pukul 00.00 (18/11), harga premium naik dari Rp6.500 menjadi Rp8.500, begitu juga dengan solar dari Rp5.500 menjadi Rp7.500 per liter.

Alasan pemerintah menaikkan harga BBM adalah untuk mengubah subsidi BBM yang bersifat konsumtif menjadi produktif.

Untuk menjaga daya beli masyarakat akibat kenaikan BBM, pemerintah memberikan kompensasi berupa Kartu Indonesia Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement