Selasa 18 Nov 2014 21:24 WIB

Angkutan Umum Mogok Nasional

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Joko Sadewo
 Sopir angkutan kota (angkot) melakukan aksi mogok.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Dewi Fajriani
Sopir angkutan kota (angkot) melakukan aksi mogok. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah angkutan umum seluruh Indonesia akan melakukan mogok nasional pada Rabu (19/11) mulai 00.00 WIB. Mogok ini adalah bentuk keprihatinan Organisasi Angkutan Darat (Organda) terhadap keputusan pemerintah menaikkan tarif bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Sekjen Organda Andriansyah mengatakan, kenaikan tarif BBM bersubsidi semakin membuat bisnis transportasi umum semakin terpuruk. Pasalnya, tarif angkutan yang dibebankan kepada penumpang akan semakin meningkat. Alhasil, keterisian penumpang akan semakin merosot. ''Sekarang saja tingkat keterisian penumpang hanya 40 persen,'' kata dia kepada Republika Online (ROL), Selasa (18/11) sore.

Menurut Andriansyah, seharusnya pemerintah memberikan insentif kepada pengusaha transportasi umum dengan adanya perubahan tarif BBM bersubsidi. Pasalnya, bisnis angkutan umum sudah berdarah-darah tanpa adanya kenaikan harga BBM bersubsidi.

Dia menuturkan, terdapat sejumlah beban bagi pengusaha transportasi umum. Semisal, harga suku cadang semakin mahal, biaya kredit kendaraan untuk digunakan bisnis transportasi umum dua kali lipat dari kendaraan pribadi, dan tingkat keterisian penumpang yang terus menurun.

Andriansyah menerangkan, harga BBM berpengaruh 35 persen terhadap operasional angkutan. Alhasil, dampak kenaikan tarif tersebut akan semakin memperparah kelangsungan dari angkutan umum.

Dia mengatakan, sebenarnya tertarik untuk melakukan konversi armada dari BBM ke bahan bakar gas (BBG). Namun, pemerintah tidak serius dalam menjalankan rencana konversi tersebut.

Andriansyah menuturkan, sebenarnya konverter kit telah dibagikan sejak 2008. Akan tetapi, SPBG masih minim. Alhasil, sulit apabila harus menggunakan BBG sebagai bahan bakar kendaraan umum.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement