REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unicef meluncurkan kampanya multimedia "tinju tinja" untuk memerangi perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS), yang memberi kontribusi besar terhadap angka kematian anak di Indonesia.
"Berdasarkan gabungan data antara Unicef dan WHO, sebanyak 55 juta orang Indonesia melakukan BABS, membuat Indonesia berada di posisi kedua tertinggi di dunia dalam hal BABS," kata Ketua Program Water, Sanitation and Hygiene (WASH), Unicef Indonesia Aidan Cronin saat peluncuran kampanye Tinju Tinja di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan perilaku BABS ini biasanya dilakukan di lahan terbuka, pantai, bantaran sungai dan di area lainnnya membuat kotoran terekspos. Akibat perilaku tersebut dapat mengakibatkan pencemaran air dan bahkan membahayakan manusia secara langsung.
"BABS adalah isu yang sangat serius dan ini mempengaruhi bukan saja mereka yang tidak memiliki toilet, namun juga mereka yang mempunyainya. Orang-orang bisa terjangkit penyakit dari kotoran yang terekspos udara," katanya.
Tidak hanya itu, sanitasi buruk dan BABS juga memperbesar rIsiko terganggunya pertumbuhan fisik anak sehingga tidak optimal pada usianya.
"Masalah kekerdilan pada anak mempunyai efek jangka panjang yang mempengaruhi mereka, baik secara fisik maupun ekonomi dan sosial," katanya.
Ia menjelaskan secara global, sebanyak 1,9 miliar orang telah memiliki akses terhadap sanitasi yang baik sejak 1990. Namun perkembangannya tidak sejalan dengan pertumbuhan populasi.
Menurut dia, target sanitasi Milenium Development Goals (MDG) sulit tercapai pada 2015.
"Sebanyak 82 persen dari 1 miliar oramg melakukan BABS ada di sepuluh negara, yaitu Indonesia, India, Pakistan, Nigeria,Ethiopia, Sudan, Nigeria, Nepal, Tiongkok dan Mozambik," katanya.