Kamis 20 Nov 2014 15:12 WIB

Industri Pakan dan Ayam Olahan Punya Masa Depan Cerah, ini Alasannya

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Halim (34) peternak ayam petelur mengambil telur dari peternakannya di Kelurahan Birobuli, Kecamatan Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Senin (30/4).
Foto: Antara/Fiqman Sunandar
Halim (34) peternak ayam petelur mengambil telur dari peternakannya di Kelurahan Birobuli, Kecamatan Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Senin (30/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vice President Commissioner PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) Tjiu Thomas Effendy mengatakan industri pakan ternak dan ayam olahan punya masa depan cerah di Indonesia. Alasannya karena konsumsi ayam masih rendah

Sebagai gambaran, konsumsi ayam di Indonesia baru mencapai 8 kg/kapita/tahun, cukup tertinggal di bawah Thailand yang telah mencapai 18 kg/kapita/tahun. Konsumsi ayam di Malaysia bahkan telah mencapau 37 kg/kapita/tahun.

Untuk meningkatkan konsumsi ayam di Indonesia, CPIN akan membangun berbagai fasilitas untuk distribusi anak ayam usia sehari (DOC), membangun fasilitas untuk pakan ternak, pabrik pengolahan pangan. Saat ini, pangsa pasar CPIN sebesar 36 persen untuk pakan ternak, 35 persen di penjualan DOC dan 60 persen untuk produk ayam olahan.

"Konsumsi ayam cukup tinggi di kota besar,tapi sekitar 175 juta penduduk masih tinggal di desa yang konsumsi ayamnya masih rendah, kita ingin mendekatkan diri dengen konsumen sehingga terus melakukan ekspansi," ujar Thomas, Kamis (20/11).

Menurut Thomas, daging ayam merupakan salah satu sumber protein bagi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil juga terus mendorong tumbuhnya industri perunggasan di Indonesia. Direktur CPIN Ong Mei San mengatakan setiap tahun kapasitas produksi di CPIN selalu meningkat 10 persen sebagai repsons meningkatnya permintaan di masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement