REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama belum memberitahukan siapa nama yang akan diajukan menjadi calon wakil gubernur pendampingnya. Ia hanya mengatakan, siapaun dapat menjadi wakilnya asalkan siap bekerja dengan baik membangun Ibu Kota.
Pria yang akrab disapa Ahok ini juga menuturkan, orang yang berasal dari partai politik juga boleh menjadi orang nomor dua di DKI Jakarta. Namun, orang dari partai politik yang ia idamkan haruslah taat terhadap konstitusi. Tidak hanya itu, ia juga menginginkan orang yang tidak takut kehilangan jabatan demi kebenaran.
"Kami memang perlu wakil karena kerjaan di DKI ini banyak. Orang politik juga enggak apa-apa, tapi dia mau kerja gak, punya rekam jejak yang baik gak, punya rasa takut kehilangan kursi gak," ujar AHok di Balai Kota, Jumat (21/11).
Mantan bupati Belitung Timur ini juga menjelaskan, rasa takut kehilangan kursi adalah seperti yang terjadi pada dirinya. Saat memutuskan keluar dari partai politik, ia mengaku tidak takut akan kehilangan dukungan dari DPRD. Ia juga tidak mempersoalkan pihak yang berupaya menggulingkan dirinya, selama tindakan yang diperbuat olehnya tidak melanggar aturan.
Sebelumnya, pria berusia 48 tahun ini mengatakan lebih cenderung memilih wakil yang berasal dari kalangan birokrat di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI. Nama anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Sarwo Handayani sering disebut sebagai pendampingnya yang ideal.
Menurut Ahok, mantan Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup itu memiliki pengalaman tinggi dan kinerja yang baik selama ini.