Jumat 21 Nov 2014 15:39 WIB
Interpelasi BBM

Ketua MPR: Soal Interpelasi Pemerintah Tak Perlu Khawatir

Rep: Gita Amanda/ Red: Erdy Nasrul
  Ketua MPR  Zulkifli Hasan bersama veteran perang laut aru melakukan tabur bunga ke laut dari buritan kapal KRI 593 Banda Aceh, Jakarta, Senin (10/11).(Antara/Muhammad Adimaja)
Ketua MPR Zulkifli Hasan bersama veteran perang laut aru melakukan tabur bunga ke laut dari buritan kapal KRI 593 Banda Aceh, Jakarta, Senin (10/11).(Antara/Muhammad Adimaja)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG-- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) mengatakan, pemerintah tak perlu khawatir jika MPR/DPR menggunakan Hak Interpelasi atau impeachment. Sebab menurutnya, hak-hak tersebut justru akan membantu memperkuat dan melindungi pemerintahan.

Berbicara dalam Seminar Kebangsaan di Hotel Bumi Minang, Padang Jumat (21/11), Zulkifli Hasan mengatakan pemerintah tak perlu khawatir akan penggunaan Hak Interpelasi DPR. Pernyataan Zulkifli datang di tengah rencana DPR menggunakan hak tersebut terkait kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Soal interpelasi, angket, impeachment para pakar (Tata Negara) sudah mengatakan itu untuk memperkuat dan melindungi pemerintah. Oleh karena itu pmerintah tak perlu khawatir," ujarnya.

Sebelumnya Pakar Hukum Tata Negara Jimly Asshiddiqie menyampaikan orasi ilmiahnya dalam seminar bertema, MPR dalam Sistim Pemerintahan Presidensiil Indonesia. Menurutnya MPR Setelah reformasi memang telah berubah.

Saat ini MPR dan DPR dipenuhi partai oposisi yang semestinya bisa menjadi penyeimbang. Sehingga menurutnya, kalau DPR mengajukan interpelasi jangan langsung di respon negatif. Sebab interpelasi dan impeachment dalam sistem pemerintahan presidensiil saat ini semestinya bisa jadi penyeimbang.

"Ada gabungan logika hukum dan politik dalam impeachment. Impeachment boleh sekali-sekali," ungkapnya.

Jimly menambahkan Mekanisme impeachment disediakan untuk melindungi presiden dari pemberhentian oleh parlemen, yang bukan karena masalah hukum tapi hal lain. Sehingga Jimly menambahkan, pemerintahan ke depannya bisa saling menguatkan dan menyeimbangkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement