REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi stok minyak di Indonesia sangat memprihatinkan. Dengan jumlah luas dan jumlah penduduk yang besar, saat ini pemerintah hanya memiliki stok minyak siap pakai hanya untuk 17 hari.
Padahal, idealnya stok minyak untuk Indonesia selama 45 hari. Anggota komisi VII, Inas Nasrullah Zubir berharap, pemerintah melalui Pertamina membangun lebih banyak lagi land storage untuk menyimpan cadangan minyak.
Terlebih saat ini harga minyak dunia sedang turun drastis. Ini adalah momentum bagi Pertamina untuk mengisi stok minyak menjadi lebih lama, bukan hanya untuk 17 hari.
"Pertamina bangun tower senilai 850 juta dolar AS saja bisa. Masa bangun land storage seharga 250 juta dolar AS tidak bisa?" kata Inas pada Republika, Sabtu (22/11).
Politikus Partai Hanura itu menilai, dana untuk membangun tower supermegah Pertamina dapat diwujudkan menjadi tiga land storage di Indonesia. Masing-masing mampu menyimpan stok minyak sebanyak 4,8 juta barel minyak.
Dengan tiga land storage maka dapat menyimpan sekitar 15 juta barel minyak. Dengan begitu maka lama ideal ketersediaan minyak di Indonesia dapat dicapai.
Inas justru memertanyakan kebijakan Pertamina yang akan menyewa land storage. Sebab, hal itu dinilai tidak efektif dan boros anggaran.
Harusnya Pertamina membeli land storage dari perusahaan minyak yang sudah bangkrut atau tidak dipakai. Seperti land storage yang ada di Karimun Jawa.
"Pertamina harusnya tidak perlu menyewa, langsung dibeli saja, apalagi ada peluang di beberapa perusahaan minyak, seperti di Karimun Jawa," imbuh Inas.
Dengan menjaga ketahanan stok minyak di Indonesia, kata Inas, Pertamina juga dapat mengambil untung dari kondisi harga yang sedang turun seperti ini. Sebab, Pertamina memang memiliki tugas mencari untung selain tugas utama menjaga ketahanan stok minyak di dalam negeri.