REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejumlah gambar satelit menunjukkan bahwa Beijing sedang membangun pulau di atas terumbu karang di kepulauan Spratly dengan luas yang cukup untuk digunakan sebagai lapangan terbang, Kabar ini disampaikan satu majalah pertahanan terkemuka pada Jumat (21/11).
Pembangunan tersebut memicu kekhawatiran mengenai niat Cina untuk mengubah wilayah sengketa yang kaya kandungan mineral tersebut menjadi pangkalan militer yang berujung pada ketegangan dengan negara-negara lain.
Cina, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Brunei Darusalam, dan Taiwan juga mengklaim kepemilikian atas perairan yang sama di wilayah sengketa Laut Tiongkok Selatan (LTS).
IHS's Jane mengatakan gambar yang mereka peroleh menunjukkan bahwa pulau yang dibangun Cina setidaknya mempunyai panjang 3.000 meter dengan luas 200-300 meter yang "cukup luas untuk dijadikan sebagai landasan pacu pesawat udara."
Tindakan Beijing tersebut terungkap di tengah desakan Amerika Serikat agar semua negara yang bersengketa di LTS untuk menghentikan aktivitas provokatif. Masyarakat internasional sebelumnya telah mengkhawatirkan eskalasi sengketa meski negara-negara pengklaim sudah berupaya merundingkan pedoman tata laku ("code of conduct") sebagai penyelesaian.
Di sisi lain, IHS Jane's menduga Cina di tempat yang sama juga membangun pelabuhan di sebelah timur "yang cukup besar untuk menerima peralatan perang berat."
Saat ditanya mengenai temuan IHS Jane's pada Sabtu (22/11), Kolonel Angkatan Udara Tiongkok, Jin Zhirui, menolak berkomentar namun menegaskan bahwa negaranya perlu membangun sejumlah fasilitas di LTS demi tujuan strategis.
"Kami harus keluar untuk turut berpartisipasi dalam penciptaan perdamaian regional dan global. Kami membutuhkan dukungan seperti ini, termasuk radar dan intlejen," kata Jin.
Reklamasi pulau itu merupakan proyek keempat Cina di Kepulauan Spratly dalam 18 bulan terakhir dan merupakan yang terbesar, kata IHS Jane's.
Lembaga tersebut mengatakan bahwa Fiery Cross Reef--nama tempat Beijing membangun pulau--merupakan tempat Tiongkok menempatkan sejumlah tentara dan dilengkapi dengan dermaga, sistem pertahanan udara dan laut, peralatan komunikasi, serta rumah hijau.
Beijing sebelumnya menolak seruan Washington untuk menghentikan seluruh aktivitas di perairan sengketa dan menegaskan dapat membangun apapun yang diinginkan di LTS.
Media di Hongkong pernah memberitakan rencana Cina membangun pangkalan udara di Fiery Cross Reef. Pada Agustus lalu, wakil kepala Departemen Perbatasan dan Urusan Kelautan Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan tidak mengetahui adanya rencana tersebut.