REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Mantan pelatih PSIS Semarang dan PSS Sleman, Sartono Anwar, mengecam "sepak bola gajah", termasuk saat pertandingan antara kedua klub itu yang berbuntut sanksi dari PSSI.
"Jadi, yang kemarin bertanding itu mestinya pasien rumah sakit jiwa. Pasien RSJ Semarang melawan pasien RSJ Sleman. 'Masa' memasukkan bola di gawang sendiri. Kenapa sampai begitu?" katanya di Semarang, Sabtu (22/11).
Hal itu diungkapkan Sartono yang berkat tangan dinginnya pernah mengantarkan PSIS Semarang menjuarai Liga Indonesia 1987, saat diskusi bertajuk "PSIS (Belum) Mati" yang berlangsung di Kafe Mr.K Semarang.
Sartono menyesalkan kedua tim yang pernah diasuhnya itu sampai melakukan gol bunuh diri pada pertandingan babak delapan besar Divisi Utama yang kabarnya dilakukan untuk menghindari bertemu Borneo FC.
"Begini, awalnya adalah ketidakjujuran. Ketidakjujuran selalu jadi masalah, termasuk dalam rumah tangga di keluarga. Ketidakjujuran kecil akibatnya kecil, kalau besar akibatnya juga besar," katanya.
Menurut dia, semestinya para pemain PSIS tidak membalas gol bunuh diri yang dimulai oleh pemain PSS Sleman, melainkan melaporkannya kepada PSSI, namun nasi sudah menjadi bubur atau semua sudah terjadi.
Meski menyesalkan dengan pemain yang melakukan gol bunuh diri, Sartono berpesan kepada jajaran manajemen PSIS Semarang untuk tetap berusaha agar klub tersebut semakin bagus dan berprestasi ke depannya.