REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masalah sampah selalu menjadi persoalan yang tidak pernah ada habisnya. Karena itu, penyelesaian masalah tersebut harus dilakukan secara komprehensif tidak dengan parsial.
Penanganan sampah ini masih parsial. Jalan masing-masing sesuai dengan kesukaan seseorang menggunakan alat atau metode tertentu.
"Seperti ada yang suka cara incenelator, komposting, biogas dan lainnya. Tapi sebenarnya soal sampah itu tidak bisa jalan sendiri-sendiri agar benar-benar zero waste," kata Simon Yudistra Sanjaya, ketua asosiasi pengelola sampah indonesia atau indonesia waste managemen association, Bandung, belum lama ini kepada Republika.
Menurut Simon, penangan sampah tidak bisa dilakukan hanya dengan menggunakan incenerator (alat pembakaran) saja. Melainkan harus menggunakan tujuh alat atau metode, agar sampah bisa benar-benar habis.
Tujuh alat tersebut dengan menggunakan metode masing-masing yang saling berkaitan dan mendukung. Pertama untuk sampah sisa sayuran, buah-buahan atau organik diubah menjadi pupuk organik. Sedangkan sisa sampah basah seperti kotoran dan lainnya diolah menjadi biogas.
Lalu sisa makanan seperti tulang, duri ikan, daging dan lainnya bisa diolah menjadi pakan ternak. Caranya dengan dikeringkan dalam alat pengering, lalu digiling halus. Tepung sisa makanan ini,sangat bagus dan bermanfaat untuk pakan ternak ikan dan ayam.
Untuk sampah non-organik, lanjut Simon, seperti kantong plastik, botol air mineral dan lainnya. Memiliki nilai ekonomi tinggi, namun untuk sampah jenis ini harus dipilah terlebih dahulu. Dipisahkan antara plastik yang sudah kotor terkena sablon atau coretan tidak laku untuk dijual.