Rabu 26 Nov 2014 21:37 WIB

Penggunaan Antibiotika Tinggi, Kasus Resistensi Obat Terancam Meningkat

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pakar kesehatan kembali mengingatkan dampak penggunaan antibiotik yang berlebihan. Jika dibiarkan, akan enyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap obat.

Contoh, seorang anak berusia 3 tahun di Sydney, nyaris tewas akibat infeksi di telinganya yang sangat sulit disembuhkan. Pada September lalu, anak laki-laki berusia 3 tahun, Levi Walsh dilarikan ke rumah sakit karena menderita infeksi di telinga yang biasa terjadi pada anak tapi tidak kunjung sembuh setelah mendapatkan serangkaian obat antibiotik.

Setelah infeksinya dioperasi dan diberikan kembali antibiotik, ternyata infeksinya masih berlanjut bahkan mulai menyebar. Ibu anak tersebut, Teagan, mengatakan sangat terkejut melihat kondisi anaknya.
 
"Sangat mengerikan sekali, anak saya dirawat di rumah sakit, ada tersedia obat, dan terus berusaha diberikan agar infeksinya sembuh, dan mereka mengupayakan segala bantuan pengobatan untuknya," kata Teagan kepada ABC 7.30 baru-baru ini.
 
Sementara ayahnya, Nick Teagan, mengatakan dirinya prihatin dengan apa yang akan terjadi. "Saya sangat khawatir ketika dokter mengatakan infeksi anak saya kemungkinan telah menyebar ke otak atau ke syaraf tulang belakangnya," tuturnya.
Dr John Curotta, Spesialis THT di Rumah Sakit Anak Westmead, Sydney, mengatakan infeksi yang diderita Levi resisten terhadap antibiotik.
 
"Kami sudah memberikan antibiotik tingkat pertama, tingkat kedua, ketiga dan hingga tingkat keempat," kata Dr Curotta.
 
"Anak itu nyaris meninggal, kalau saja sampai terjadi abses di otaknya, dia bisa juga mengalami stroke, atau kelumpuhan dibagian wajah atau tuli,"
 
Antibiotik yang kuat akhirnya bisa menyembuhkan infeksi.
 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement