REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pekan lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan kunjungan ke Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dalam kunjungannya tersebut dia dikagetkan dengan fenomena manusia perahu, warga Malaysia dan Filipina yang hidup berpindah, dan menghabiskan sebagian waktunya di atas laut.
Pemerintah Kabupaten Berau tak tinggal diam mengetahui hal ini. Wakil Bupati Berau, Ahmad Rifai hari ini berkunjung ke Jakarta untuk menggelar rapat koordinasi dengan kementerian terkait. Ahmad Rifai menyebutkan hingga saat ini istilah manusia perahu dianggap mewakili kondisi mereka.
Dia melanjutkan, sesungguhnya manusia perahu adalah nelayan asing yang mulai menetap di Berau. "Yang jelas kami anggap orang-orang dari Filipina dan Malaysia yang selama ini di laut dan merapat di laut Berau. Kelihatannya mereka betah di situ lama-kelamaan, sehingga meresahkan masyarakat," jelas Ahmad, Senin (24/11).
Hingga saat ini, Ahmad menjelaskan, terdata sebanyak 526 orang "manusia perahu" yang ditangkap dan diamankan. Jumlah ini, menurut Ahmad, belum seluruhnya.
Dimungkinkan masih ada sejumlah manusia perahu yang berada di tengah laut. "Masyarakat kita resah dan tidak aman, mereka ini tidak ramah lingkungan dan eksploitasi sumber daya laut kita, terumbu karang mereka bongkar-bongkar, dan lain-lain," lanjut Ahmad.
Saat ini ratusan manusia perahu ini relokasi di sebuah tempat penampungan di Tanjung Batu, Derawan. Hingga hari ini, tepat 8 hari mereka telah ditampung di sana. "Situasi mereka sudah jenuh karena kami tampung di tenda. Kami pun bertanya sampai kapan kami ini menampung mereka," jelas Ahmad.
Besok, Selasa (25/11) tim dari KKP bersama Wakasal didampingi Wakil Bupati Bearu akan meninjau langsung ke lokasi penampungan "manusia perahu".