REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Korban selamat dari bom dalam pertandingan voli di Afganistan mengatakan bom dikemas dalam bola yang sobek dan dilemparkan pada penonton saat pertandingan final, Senin (24/11). Serangan merupakan yang paling mematikan sejak 2011 dan menewaskan 57 orang.
Pelaku bom mengaktifkan ledakan di tengah ratusan orang pada turnamen Ahad lalu ketika tiga tim lokal bertanding di provinsi Paktika. Juru bicara provinsi Paktika Mukhlis Afghan mengatakan jumlah kematian pada Senin meningkat jadi 57 orang setelah 15 orang yang terluka gagal diselamatkan.
"Pertandingan langsung berakhir ketika terjadi ledakan," kata korban selamat, Salaam Khan (19 tahun), dikutip AFP, Selasa (25/11). Ia dirawat di rumah sakit militer Kabul karena luka di dada dan lengan kanan.
"Aku berteriak minta tolong, tepat di sebelahku ada petugas keamanan yang tewas," kata dia. Menurutnya, polisi lokal dan para komandan juga menonton pertandingan. Khan melihat mereka banyak yang terbunuh dan terluka.
Badan intelegen Afganistan bernama jaringan Haqqani adalah kelompok militan garis keras terkait Taliban yang mengaku berada dibalik serangan bom. Haqqani dicap sebagai organisasi teroris oleh AS pada 2012.
Mereka dikleim bertanggungjawab atas banyak serangan skala besar yang menargetkan pemerintah dan NATO di Afganistan. Mereka juga melakukan penculikan dan pembunuhan.
Salah seorang korban lain, Mohammad Rasoul (11 tahun) mengatakan banyak korban adalah anak-anak dan remaja. Rasoul pergi menonton dengan teman-teman seumurannya.
"Orang-orang berlumuran darah di sekitarku, banyak dari mereka adalah temanku," kata dia. Ketua layanan kesehatan di rumah sakit Kabul, Doktor Seyawash mengatakan ada 12 korban berada dalam kondisi kritis.
Presiden Afganistan Ghani mengunjungi semua korban terluka di rumah sakit. Ada sekitar 400 tempat tidur yang diisi korban ledakan di Yahya Khail itu. Ia mengutuk serangan dan menyebutnya tidak berperikemanusiaan dan bukan Islam.
"Pembunuhan brutal pada masyarakat sipil ini sangat tidak bisa diterima," kata Ghani.