REPUBLIKA.CO.ID, -- Dengan di bawah tekanan Presiden Barack Obama, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel menyerahkan surat pengunduran dirinya, Senin (24/11).
Dilansir dari AP, Selasa (25/11) Gedung Putih menganggap Hagel tidak efektif dalam melakukan manajemen krisis Timur Tengah, di samping adanya kritik luas terhadap Hagel.
Obama dan Hagel berpendapat ini adalah waktu yang tepat bagi Hagel untuk menyelesaikan tugasnya. Mantan senator Partai Republik tersebut dikritik atas kemampuannya berkomunikasi secara terbuka kebijakan negara. Kemampuannya dipertanyakan dalam mengawasi kelompok radikal Negara Islam di Irak dan Suriah.
Hagel adalah pejabat tinggi pertama dalam tim keamanan nasional Obama yang mundur setelah pemilihan pada 4 November. Tidak jelas apakah pengunduran diri paksa Hagel merupakan sinyal awal dalam perombakan tim presiden. Gedung Putih mengatakan kemungkinan akan ada pejabat lain yang mundur.
Michele Flournoy digadang-gadang sebagai pengganti utama Hagel. Flournoy pernah menjabat sebagai kepala kebijakan Pentagon dalam tiga tahun pertama masa kepresidenan Obama.
Sebagai perempuan pertama yang akan mengepalai Pentagon, Flournoy kini menjabat sebagai direktur lembaga riset Center for a New American Security. Dia disebut tertarik dengan jabatan di Pentagon, namun membutuhkan kepastian dari Gedung Putih bahwa ia akan diberi pekerjaan yang kebijakannya lebih tinggi dari Hagel.
Flournoy juga dianggap sebagai kandidat menteri pertahanan untuk Hillary Rodham Clinton jika dia menang dalam pemilihan presiden 2016. Kandidat lain yang disebut akan menggantikan Hagel termasuk mantan wakil menteri pertahanan Ashton Carter dan wakil menteri pertahanan Robert Work.
Dengan mundurnya Hagel, Obama akan menjadi presiden pertama sejak Harry Truman yang memiliki empat menteri pertahanan. Dua pendahulunya, Robert Gates dan Leon Panetta, setelah meninggalkan pemerintah mengeluhkan tentang manajemen mikro Gedung Putih dan campur tangan politik dalam keputusan kebijakan.
Hagel sendiri frustrasi dengan Gedung Putih. Dalam beberapa pekan terakhir, ia mengirim surat kepada Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice di mana dia mengatakan Obama harus mengartikulasikan pandangan yang lebih jelas ataspendekatan pemerintah menangani Presiden Suriah Bashar Assad. Surat itu dikatakan telah membuat marah para pejabat Gedung Putih.
"Gedung Putih memilih dia karena mereka ingin seseorang yang bisa mereka kendalikan dan mempunyai kebijakan yang tak berarti. Tampaknya tidak adil menjatuhkan seorang pria atas kegagalan kebijakan Gedung Putih," kata Rosa Brooks yang bertugas di Pentagon pada periode pertama jabatan Obama.