REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan menjadikan Singapura sebagai contoh membenahi tata kelola di Jakarta.
Kemarin Selasa (25/11) Ahok bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura, Teo Ser Luck dan juga pengusaha Singapura.
Pengamat Tata Ruang Yayat Supriyatna menyarankan sebelum membangun fisik kota Jakarta seperti Singapura, Ahok harus membuat program studi ke Singapura bagi semua lapisan masyarakat yang dinilai memiliki prestasi dan peran terhadap lingkungannya masing-masing.
"Masyarakat yang memiliki perprestasi seperti petugas kebersihan, RT/RW, Lurah, kelompok masyarakat PKL, supir taxi, angkutan umum diajak ke Singapura untuk belajar. Jangan memberangkatkan pejabatnya," kata Yayat saat Republika menghubunginya Rabu (26/11).
Menurut Yayat setelah warga belajar selama satu atau dua hari di Singapura, maka warga itu harus membuat program untuk diterapkan di lingkungannya masing-masing.
"Jadi setelah belajar di Singapura itu mereka mau buat program apa? Apa targetnya," ujarnya.
Karena untuk membangun sebuah kota dibutuhkan waktu lama dan dukungan semua lapisan masyarakat. Dukungan masyarakat itu misalnya kata Yayat warga diajak membersihkan halaman rumahnya, ruang tamunya dan toiletnya.
"Dengan demikian semua bisa bergerak bersama bukan hanya Gubernurnya aja yang jalan sendiri sehingga semua punya persepsi yang sama," katanya.
Saat ini Jakarta bukan tidak bisa kotanya dibangun seperti Singapura tapi saat ini Jakarta baru bisa menuju seperti Singapura.
Yayat menceritakan dulunya Singapura memiliki permasalah sosial seperti di Jakarta saat ini, namun berkat kerja keras warganya untuk disiplin dan taat aturan, Singapura menjadi negara percontohan negara-negara lain dalam masalah disiplin.