REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN-- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen, Jateng, menepis mitos Gunung Kemukus yang berkembang di tengah masyarakat. Keyakinan sebagian masyarakat, bahwa makam Pangeran Samodro dijadikan tempat ngalap berkah (mencari keberuntungan) yang disertai ritual seks, Pemda Sragen menganggapnya tidak benar.
''Paradigma negatif yang berkembang di tengah masyarakat itu tidaklah benar. Keyakinan yang salah itu harus diluruskan. Berziarah ke Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus hanyalah kegiatan ritual untuk mengingat jasa Pangeran Samudro,'' demikian siaran pers yang dikeluarkan Bagian Humas Setda Pemkab Sragen, kemarin.
Siaran pers tersebut melanjutkan, memang fenomena Gunung Kemukus yang berada di Dukuh Doyong, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen seringkali dipahami untuk mencari pesugihan. Hal ini dinilai pemahaman yang salah.
Mitos berkembang di tengah masyarakat, apabila ingin ngalap berkah, atau permohonannya terkabul, peziarah Makam Pangeran Samudro harus melakukan ritual berhubungan intim dengan lawan jenis, bukan suami atau istri, harus diluruskan. (baca: Wartawan Asing Ungkap Ritual Seks Gunung Kemukus)
''Pandangan negatif ini perlu diluruskan, agar peziarah tak terjebak dalam paradigma dan kepercayaan yang keliru. Setiap peziarah, atau pengunjung, menginginkan permohonan terkabul haruslah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berdoa dan berusaha dijalan yang benar'' jelasnya.
Sekadar informasi, Pangeran Samudro adalah putra Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit yang memerintah di masa keruntuhan kerajaan itu sekitar tahun 1478. Tatkala Majapahit runtuh, karena serangan Kerajaan Demak, Pangeran Samudro tak ikut melarikan diri. Malah, justru ikut serta ke Demak. (baca: Ini Isi Video Menghebohkan Ritual Seks Gunung Kemukus)