REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah petani Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten selama sepekan terakhir mulai berladang huma secara serentak untuk mengikuti kalender adat juga mengadaptasikan diri terhadap lingkungannya.
"Kami bersama isteri membuka ladang untuk ditanami padi huma karena curah hujan cukup tinggi," kata Sarkim, seorang petani Baduy warga Kanekes, Kabupaten Lebak, Rabu (26/11).
Ia mengatakan, saat ini masyarakat Baduy memasuki musim bercocoktanam padi huma dengan membuka ladang di kawasan hutan milik adat maupun menyewa lahan orang lain.
Gerakan penanaman padi huma dilakukan secara serentak untuk menghindari serangan hama juga didasarkan penghitungan adat.
Sebab dirinya menanam padi huma sesuai perintah adat sejak nenek moyangnya.
Selain itu juga warga Baduy dilarang menanam padi di lahan areal persawahan.
"Kami sejak turun temurun menanam padi huma di ladang dan tidak menggunakan pupuk kimia," katanya.
Menurut dia, petani Baduy bercocoktanam padi huma hingga kini menggunakan benih lokal karena usia panenan bisa mencapai enam bulan.
Karena itu, jika tanam bulan ini maka panenan padi sekitar April 2015.
"Kami belum pernah kelaparan karena hasil panen padi huma itu disimpan di gudang dan tidak dijual," katanya menjelaskan.
Begitu pula, Jali, seorang petani Baduy mengaku dirinya menanam padi huma dilakukan secara serentak sesuai ketentuan penghitungan adat.
Sebab penanaman serentak itu nanti musim panen secara bersamaan.
Saat ini, dirinya sudah bercocoktanam padi huma di hutan seluas seperempat hektare di kawasan hutan tanah ulayat Baduy.
"Kami berharap produksi padi huma pada musim panen mendatang tidak menyusut dan berkurang," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengaku bahwa dirinya hingga kini belum menyentuh teknologi pertanian kepada petani Baduy.
Mereka petani Baduy masih menggunakan cara-cara pertanian tradisional karena mereka menolak menggunakan sarana dan prasarana pertanian, seperti traktor tangan.
Petani Baduy juga menolak bantuan varietas benih unggul, pupuk maupun pestisida.
Namun demikian, pemerintah merasa terbantu dengan adanya tanam padi huma di lahan darat yang dilakukan petani Baduy dapat menyumbangkan produksi pangan.
"Kami menghargai masyarakat Baduy yang menolak penggunaan sarana dan prsaran pertanian karena terhalang adat itu," katanya.