REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekalahan 0-4 Timnas Indonesia dari Filipina di Piala AFF 2014 di Hanoi, Selasa (25/11), disebut sebagai kekalahan menyakitkan. Pasalnya, itu adalah kekalahan pertama timnas dari Filipina.
Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali menyatakan, nostalgia indah kemenangan di masa lalu ini membuat skuat Garuda Muda terlalu terbuai.
Pasalnya, pada piala AFF 2002, Indonesia pernah menaklukkan Indonesia di bawah skor 13-1. "Statistik ini membuai, tanpa sadar kalau lawan itu pasti berbenah," katanya, Rabu (26/11).
Menurut dia, para pemain tim terbebani dengan ekspektasi dan harapan masyarakat. Pemain Indonesia terlalu tegang, gugup, karena dianggap sebagai pemain terbaik nasional. Ia bahkan melihat permainan timnas kemarin seperti anak yang baru kemarin belajar bola. "Seperti tidak tahu cara main," tambahnya.
Hal ini pun menurutnya terkait dengan sikap dari sang pelatih, Alfred Riedl. Ia berpendapat sebagai pelatih, Riedl terlihat tidak cukup percaya diri. Riedl dinilai dalam kondisi bimbang harus membuat komposisi baru atau bernostalgia dengan kenangan manis atas format 2010.
"Faktanya tidak ada taktik baru, bermain tanpa strategi jelas," ujar dia.