REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemungkinan hampir 99 persen, timnas Indonesia bakal tidak lolos semifinal Piala AFF 2014. Hal itu diungkapkan pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali. Menurutnya, kekalahan 4-0 yang diterima Indonesia dari Filipina pada Selasa (25/11), seharusnya mendorong siapapun untuk instropeksi.
Bahkan ia merasa kegagalan timnas selama bertahun-tahun ini, adalah buah karma dari kasus Mursyid Effendi. Ia pernah menjadi kambing hitam atas kasus yang sama di Piala AFF 1998. Mursyid yang mencetak gol ke gawang sendiri dihukum tidak boleh memperkuat timnas seumur hidup. Adapun, otak utama yang menyuruh pemain Persebaya Surabaya tersebut malah tidak disentuh.
Menurut Akmal, saat itu Mursyid pernah berkata, Indonesia tidak akan pernah juara jika otak utama kasus sepak bola gajah pada saat itu tidak terungkap. "Di saat kita sudah sangat jatuh begini, ini saat paling tepat untuk tobat sepak bola nasional," cetusnya ketika dihubungi Republika, Rabu, (26/11).
Akmal pun mendesak agar kasus pengaturan skor yang melahirkan istilah sepak bola gajah antara PSS Vs PSIS itu segera ditangani. Pasalnya, hal itu sangat berpengaruh pada mental pemain.
"Mental pemain rapuh, mereka dibangun dengan kompetisi yang rapuh, dianggapnya mudah menang karena semua sudah ada yang atur," katanya.
Baginya, sudah saatnya PSSI berbenah. Selain soal sistem kompetisi yang karut-marut, juga soal pembinaan. Dia menilai, pembinaan usia dini harus segera dilakukan. Salah satunya dengan melihat kekalahan skuat Garuda Jaya. Menurut dia, salah satu faktornya adalah karena kurangnya regenerasi pada timnas Indonesia.
Begitupula soal kepengurusan. Melihat kegagalan selama 20 tahun ini sudah seharusnya pengurus PSSI yang belum juga berubah itu untuk segera lengser. "Harusnya legowo mundur saja, masih banyak generasi muda yang bisa mengurus," katanya.