REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Persoalan yang berkaitan dengan gas melon (gas 3 kilogram) seperti distribusi yang tidak tepat sasaran, keterbatasan stok dan mahalnya harga di tingkat pengecer harus ditangani serius.
Hal itu dikemukakan Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) Widijantoro pada wartawan, Rabu (26/11). Jika persoalan gas melon dibiarkan berlarut-larut, rakyat kecil yang merupakan konsumen utama gas melon akan dirugikan.
Menurut Widi (panggilan akrab Widijantoro), keterbatasan stok dan mahalnya elpiji di tingkat pengecer merupakan persoalan klasik yang selalu terulang.
Kondisi tersebut, kata dia, secara tidak langsung menimbulkan keresahan di kalangan konsumen. Apalagi ada wacana kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) elpiji 3 kg yang belum tentu kebenarannya dan telah menimbulkan //panic buying// di masyarakat.
‘’Saya kira melambungnya harga elpiji 3 kilogram di pasaran lebih dikarenakan pengawasan yang tidak berjalan dengan baik. Akibatnya pendistribusian elpiji 3 kilogram menjadi tidak tepat sasaran,’’ ujarnya.
Dia menengarai elpiji 3 kilogram justru justru dinikmati oleh mereka yang tidak berhak. Dan, kata Widi, apabila hal ini dibiarkan maka rakyat kecil selaku konsumen utama akan dirugikan.
Untuk mengatasi hal itu, LKY mengharapkan pemerintah bisa melakukan perubahan regulasi serta menindak tegas agen, pangkalan dan pengecer yang terbukti melanggar.