REPUBLIKA.CO.ID, JATINANGOR -- Pelaksana tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Fasli Jalal mengatakan, bonus demografi merupakan masalah serius yang menuntut persiapan seluruh bangsa.
"Ini masalah yang sangat serius, kalau mau angkatan kerja di masa depan bisa bersaing," kata Fasli Jalal di Jatinangor, Kamis (27/11).
Dia menyatakan hal tersebut pada Pertemuan Ilmiah Nasional Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan di Universitas Padjadjaran.
Bonus demografi, kata dia, adalah kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar dibanding penduduk nonproduktif (0-14 dan 65 tahun ke atas).
Kondisi ini dapat dilihat dari rasio ketergantungan terendah, yaitu 100 penduduk usia produktif hanya menanggung sekitar 44 usia nonproduktif.
Hal ini terjadi karena menurunnya jumlah anak yang dimiliki keluarga Indonesia. Itu artinya beban yang ditanggung penduduk produktif makin sedikit.
"Pada saat itu jumlah angkatan kerja juga sangat melimpah. Hal ini bisa jadi bencana jika tidak dipersiapkan sejak dini karena bisa kalah saing dan akhirnya kesulitan mendapatkan pekerjaan," kata Fasli.
Karena itu, saran dia, semua pihak sejak saat ini harus bersiap menghadapi bonus demografi. Sebab, bonus demografi hanya bisa dinikmati jika angkatan kerja yang berlimpah berkualitas, yakni berkualitas dari segi kesehatan, kecukupan gizi, dan pendidikan.
"Yang harus dilakukan adalah peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan, peningkatan kualitas kesehatan dan lain sebagainya," tandas Fasli.