Jumat 28 Nov 2014 05:01 WIB

Konser SATU Indonesia Sukses Hadirkan Keragaman Budaya Indonesia

Rep: C91/ Red: Julkifli Marbun
Erwin Gutawa
Foto: Republika/Amin Madani
Erwin Gutawa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komponis kebanggaan Indonesia, Erwin Gutawa, sukses menggelar konser megah bertajuk “Salute To Guruh Soekarno Putra” di JCC Plenary Hall, Senayan, Jakarta, pada 26 November lalu. Bukan sekedar perhelatan musik biasa, dalam konser ini Erwin bersama penata artistik Jay Subyakto, berhasil menggambarkan keragaman nusantara selama dua jam ke depan.

Tak jarang penonton bertepuk tangan penuh ketakjuban, saat melihat berbagai penampilan dari para penyanyi bersuara emas milik Indonesia, seperti Judika, Raisa, Tulus, Nowela, Ran, Superman Is Dad, dan lainnya. Di sini orkestra Erwin bertindak sebagai tuan rumah yang bakal mengiringi para penampil dari awal sampai akhir.

Konser dibuka dengan tari Bedoyo yang dibawakan oleh beberapa penari berkostum merah. Mereka memasuki panggung satu persatu seraya menari mengikuti alunan musik. Suasana semakin meriah, saat latar cahaya panggung menyala merah, lalu Erwin mulai memimpin orkestranya.

Meski baru dimulai, namun penonton tampaknya sudah dapat merasakan indahnya budaya Indonesia. Ditambah lagi, Erwin yang malam itu mengenakan kemeja hitam dan bawahan kain hitam, sangat mendukung tujuan konser yang memang ingin memperkenalkan keindahan nusantara kepada masyarakat.

Sebelum acara dilanjutkan lebih jauh, ayah dari penyanyi Gita Gutawa tersebut, terlebih dahulu menyapa para hadirin, dan menjelaskan bahwa konser kali ini akan membawakan beragam karya milik Guruh Soekarno Putra. “Bagi saya Guruh adalah seniman komplit, karena bisa koreo, penyanyi, penari, pembatik, di bidang musik beliau pun berhasil menghasilkan karya idealis dan lagu hits,” jelasnya.

Setelah itu, konser berlanjut dengan penampilan sekelompok anak berbakat yang tergabung dalam Di Atas Rata-Rata (DARR). Mereka menyanyikan lagu Simfoni Raya Indonesia, Zamrud Khatulistiwa, Kesenian dan Indonesia Jiwaku, secara medley.

Kendati usia mereka masih sangat muda, namun musikalitasnya tak dapat diragukan. DARR membawakan lagu dengan ceria, bahkan anak-anak itu menggabungkannya dengan sedikit akting, sehingga tampak seperti drama musikal. Gaya bernyanyi yang jujur dari mereka membuat penonton terus bertepuk tangan.

Belum habis rasa kagum para penonton, tiba-tiba muncul seorang maestro seni musik tradisional gamelan Bali, Gusti Kompiang Raka. Ia berkolaborasi dengan violis German Dmitriev,  membawakan Chopin Larung. Di sinilah kita dapat mendengar Perpaduan musik epik, antara orkestra Erwin, permainan gamelan Kompiang, serta alunan biola dari German.

Penonton semakin dimanjakan, saat Judika turut hadir ke atas panggung menyanyikan lagu Indonesia Mahardhika. Tata cahaya yang sebelumnya dibuat redup, kembali menyala merah saat Judika tampil.

Penampilan pria Batak tersebut bertambah hidup, ketika arak-arakan budaya Bali berjalan dari atas hingga ke bawah panggung, diikuti penari barong, serta sekumpulan penari wanita membawa kipas. Pertunjukan tersebut mampu memukau siapa pun yang melihatnya, apalagi dengan dukungan nada tinggi sempurna dari Judika.

Indonesia Mahardhika dan Chopin Larung, merupakan lagu-lagu dari album ‘Guruh Gipsy’ karya Guruh pada 1977. Menurut Jay Subyakto, album itu adalah tonggak dari musik Indonesia. “Album Guruh Gipsy masih diperbincangkan hingga kini,” tuturnya.

Susunan lagu dan penyanyi yang dihadirkan dalam konser terasa pas, karena setelah mendengar lengkingan Judika, grup pendatang baru The Overtunes menyeimbangkan panggung dengan menyanyikan lagu Sendiri yang diaransemen lebih santai. Selanjutnya Tulus pun membawakan Surya Tenggelam, serta Galih dan Ratna dengan gaya khasnya.

Salah satu penampilan paling mencuri perhatian malam itu adalah, duet Raisa dan Tulus ketika menyanyikan lagu Kala Cinta Menggoda. Keduanya tampak asyik mengikuti harmonisasi lagu, Begitu pun penonton, beberapa bahkan bertepuk tangan menikmati musiknya yang diaransemen ulang menjadi lebih segar. Bagi para penonton usia muda, lagu ini merupakan salah satu lagu yang paling akrab di telinga, di antara karya hits Guruh lainnya.

Munculnya Bintang Tamu Misteri

Tak hanya penataan lampu, panggung, serta musik yang artistik. Konser Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia ini juga penuh kejutan.

Sebelumnya tak ada yang menduga, kalau Diva Krisdayanti akan muncul di pertengahan konser sambil mengenakan kain panjang warna gading yang menutupi seluruh tubuhnya lengkap dengan tata rambut khas konde jawa. Melalui suara merdunya, ia membawakan lagu Renjana.

Saat KD membuka kain penutupnya dan menunjukkan kebaya emas serta bawahan kain kuning krem, para penonton pun bersorak histeris. “Alasan khusus kenapa KD menjadi misteri guest nggak ada. Sebenarnya memang sudah direncanakan, tapi saya baru ketemu KD dua minggu lalu dan poster sudah keburu kecetak,” ungkap Erwin sambil tertawa kecil.

Ia menjelaskan, baik promotor atau pengisi acara lainnya, tak ada yang tahu bahwa pelantun Mencintaimu itu bakal datang. Meski begitu, Erwin mengaku sangat senang, karena setelah tujuh tahun, akhirnya dirinya dapat mengiringi KD bernyanyi lagi.

KD sendiri merasa sangat bangga dan bahagia dapat berpartisipasi dalam Konser SATU Indonesia. Ia mengaku sempat gugup harus tampil mendadak, namun ibu dari empat orang ini sudah sempat latihan sendiri dengan materi yang sudah diberikan.

“Tadi saya datang sebelum pengisi acara lainnya datang, dan jangan sedih, tadi saya latihan di pinggir panggung,” terangnya. Ia menambahkan, biasanya setiap tampil KD selalu melihat ke pemain musik di belakang, namun kali ini dirinya tak berani menengok ke belakang, karena takut kehilangan konsentrasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement