REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kericuhan di berbagai internal partai politik seolah menjadi tren baru kondisi politik Indonesia.
Fenomena ini seolah menunjukkan partai politik sedang menggali kuburannya sendiri menuju Pemilu 2019. Walaupun waktunya masih lama, peristiwa perpecahan parpol tentunya akan terekam dalam ingatan masyarakat.
"Banyak parpol ricuh, dulu PKB, terus PPP, sekarang Golkar. Secara tidak langsung mereka sedang menggali kuburnya sendiri menjelang 2019," kata Sebastian Salang dari FORMAPPI, Kamis (27/11).
Menurut Sebastian partai-partai tersebut gagal mengelola demokrasi internal partainya. Bahkan mereka memiliki derajat kelembagaan yang rendah.
Salah satu penyebab kekacauan tersebut adalah watak otoriter dari ketua partai. Jika pimpinan terlalu memaksakan kehendak yang tidak disepakati anggotanya, maka yang terjadi adalah keguncangan di partai.
Menurut Sebastian banyak elit yang sedang membajak partainya sendiri. Hal ini pun sama saja dengan pembajakan demokrasi di tataran negara.
Terkait Golkar, ia memandang partai ini masih bisa diselamatkan. Namun ia pun mempertanyakan apakah para penentang ARB masih memiliki energi untuk menyelamatkan partai jika Munas di Bali Korum.
Ray Rangkuti dari LIMA Indonesia menambahkan agar tim penyelamat Golkar bekerja secara profesional, bukan emosional.
"Saat pemilihan nanti harus mengutamakan profesional. Jangan karena terbawa emosi, akhirnya pilihan jatuh pada yang tidak tepat", tutur Ray.