REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Tenaga Kerja, Muh Hanif Dhakiri, memberikan tegurannya kepada pejabat Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI). Hanif mengaku telah mendapatkan ribuan pengaduan dalam bentuk SMS terkait pengelolaan ketenagakerjaan dan TKI.
Dalam kunjungannya ke kantor BNP2TKI, Hanif sempat menyampaikan keluhannya kepada petugas di sana soal ribuan SMS yang diterimanya tersebut. "Ini sehari berapa pengaduan? Saya belum dua bulan jadi menteri, ini SMS yang belum dibaca aja udah seribu lebih," ujarnya di Jakarta.
Di BNP2TKI, Hanif juga menemukan seorang warga bernama Ndin yang mengeluhkan adiknya seorang TKI di Jeddah, Arab Saudi. Adiknya itu diakui Ndin belum pernah digaji majikannya sepeser pun selama enam tahun, sejak 2008.
"Pak tolong pak, adik saya kerja di Jeddah dari 2008 tapi belum pernah digaji dari awal kerja. Sekarang dia juga enggak boleh pulang," ujar Ndin.
Dalam percakapan itu, Hanif menyindir BNP2TKI. Ia menyuruh Ndin untuk langsung saja melaporkan keluhannya ke Kantor Kementerian Ketenagakerjaan daripada ke BNP2TKI. "Seharusnya kamu jangan ke sini, tapi ke kantor saya. Nanti diurus sama petinggi kantor saya," jawab Hanif.
Hanif juga mendatangi customer service BNP2TKI untuk meninjau apakah ada permasalahan yang dialami tenaga kerja Indonesia. Lalu mengecek pelayanan TKI yang berada di beberapa ruangan, antara lain, ruang unit pelayanan publik, Call Center dan ruang Crisis Center.
Saat mengecek area customer service, Hanif juga secara tidak sengaja menemukan Teguh Lesmana asal Majalengka, Jawa Barat, calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ingin berangkat ke Korea Selatan untuk kedua kalinya. Teguh yang telah bekerja selama 4 tahun di Korea itu mengaku berpenghasilan sekitar 15 juta.
Teguh menanyakan soal kenapa Confirmation Certificate of Visa Issued (CCVI) dia yang belum keluar, padahal dia mengaku sudah ingin ke Korea lagi.
Sebelum beranjak ke ruangan lain, Hanif menasihati, sebaiknya bila sudah sukses di negeri rantau, maka Teguh bisa menggunakan modal yang sudah didapat untuk bekerja di tanah air saja. "Modalnya yang sudah didapat itu dipakai usaha," kata Hanif.