REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- PBB mengumumkan kondisi darurat di Jalur Gaza setelah hujan lebat selama dua hari mengakibatkan banjir hebat.
Dikutip dari BBC, Sabtu (29/11), tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Ratusan orang telah dievakuasi. Sebanyak 63 sekolah di Gaza City diliburkan. Anak-anak tidak bisa belajar di sekolah karena banjir.
Hujan deras mulai terjadi Rabu. Hujan terjadi di saat sulit dimana ribuan keluarga Gaza masih tinggal di tempat penampungan atau di reruntuhan rumah mereka yang hancur karena konflik.
Di wilayah Shejaiya dimana banyak gedung-gedung hancur, penduduk sebelumnya telah menghadapi musim dingin menggigit tanpa listrik atau air.
"Kami sangat khawatir mengenai badai besar di awal musim ini. Belum lagi kerusakan yang tidak terduga dan kehancuran akibat konflik. Kami terutama khawatir dengan keluarga yang belum memiliki tempat tinggal layak," ujar Direktur Operasi untuk UNRWA Palestina Robert Turner di Gaza.
Dia menambahkan warga Gaza harus bersiap menghadapi musim dingin. Lebih dari 400 ribu penduduk Palestina terpaksa mengungsi akibat konflik 50 hari dengan Israel. Konflik berakhir Agustus lalu. Gencatan senjata yang diperantarai Mesir terjadi antara Israel dan Palestina.
Dalam kesepakatan tersebut Israel setuju mencabut blokade Gaza yang telah berlangsung delapan tahun. Mesir akan membuka kembali perbatasannya dan kelompok militan dan Israel akan menghentikan pertempuran.
Konflik Gaza selama tujuh pekan menewaskan lebih dari 2.100 warga Palestina yang sebagian besar warga sipil. Di pihak Israel, 67 tentara dan enam warga sipil tewas.
Pada Oktober, komunitas internasional berjanji mengucurkan 5,4 miliar dolar AS untuk membangun kembali Gaza.