REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ribuan warga Palestina telah dievakuasi dari rumah mereka dan pindah ke tempat yang lebih aman di Jalur Gaza setelah banjir besar melanda wilayah tersebut awal pekan ini. Di antara mereka yang terkena dampak banjir ini adalah para keluarga yang telah kehilangan rumah mereka akibat agresi militer Israel selama 50 hari pada beberapa waktu lalu.
"Kami telah kehilangan tempat tinggal selama lebih dari tiga bulan. Sekarang penderitaan kita meningkat karena hujan deras, "Nu'aim Jendeya, warga Gaza, seperti dilansir Albawaba, Ahad (30/11).
Serangan Israel sendiri berakhir pada 26 Agustus dengan gencatan senjata yang mulai berlaku setelah negosiasi tidak langsung di ibukota Mesir, Kairo. Dalam serangan itu hampir 2.140 warga Palestina tewas dan melukai ribuan orang lainnya.
Tidak hanya itu, sekitar 89.000 rumah warga Palestina telah rusak dalam kampanye militer Israel terhadap Jalur Gaza. Sebanyak 15.000 rumah telah baik diratakan dengan tanah atau rusak parah yang tidak layak huni.
Pada Kamis (27/11), Badan PBB untuk Bantuan dan Pekerjaan Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ratusan warga di lingkungan Kota Gaza Sheikh Radwan telah dievakuasi karena munculnya banjir.
Lebih lanjut, UNRWA mengatakan banjir telah menyebabkan penutupan 63 sekolah di seluruh Kota Gaza dan 43 sekolah di Jalur Gaza utara."Banjir ini memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza akibat blokade dan kehancuran belum pernah terjadi sebelumnya dari serangan Israel terbaru," kata badan PBB tersebut.
Badan ini lebih lanjut menyatakan perlunya bahan bakar darurat untuk memasok generator untuk stasiun pompa, pompa portabel, air, sanitasi dan fasilitas kesehatan lainnya.