REPUBLIKA.CO.ID,TAIPEI--Partai Nasionalis Tiongkok atau yang dikenal dengan Kuomintang (KMT) harus mengakui keunggulan Partai Progresif Demokratik (DPP) dalam pemilihan umum.
Komisi Pemilihan Umum Pusat (CEC) mengatakan bahwa DPP berhasil memenangkan suara dari 13 area di antara 22 kota dan kabupaten. Total yang diperolehnya 5.828.914 suara atau 47,56 persen dari suara sah.
Sedangkan, KMT hanya mampu meraih 4.989.703 suara atau 40,70 persen dari suara sah.Kekalahan KMT terlihat jelas begitu enam kota-kota utama di Taiwan seperti Taipei, New Taipei, Taoyuan, Taichung, Tainan, dan Kaohsiung.
"Sekarang, tanggung jawab saya adalah untuk mengajukan proposal reformasi. Usap air mata Anda dan bersatu untuk pesta, untuk Taiwan dan Republik Cina," kata dengan Presiden Ma Ying-jeou kepada para pendukung KMT, seperti dilansir Taiwan News, Ahad (30/11).
Seperti dilansir VOA, hasil pemilu ini menunjukkan bahwa pemilih kecewa yang memiliki hubungan erat dengan Cina. Peluang KMT merebut kembali kursi presiden pada 2016 semakin kecil.
Selain itu, dengan kemenangan DPP dipastikan hubungan erat antara Taiwan dan Cina akan tersendat. Hasil ini jelas menjadi pukulan telak bagi KMT yang telah berkuasa selama bertahun-tahun. Presiden Ma meminta maaf kepada para pendukung KMT atas kekalahan.
Ma berjanji bahwa ia dan KMT akan lebih rendah hati dan berjiwa besar atas kekalahan ini. Dia mengimbau kepada warga Taiwan untuk menerima hasil pemilu tersebut.
Sementara itu, kekalahan ini berimbas pada mundurnya Perdana Menteri Taiwan Jiang Yi-Huah. Dia menyatakan pengunduran diri dalam sebuah konferensi sebagai bentuk tanggung jawabnya atas kekalahan partainya
"Mulai hari ini, DPP harus mengambil kekalahan Kuomintang sebagai pelajaran," katanya.
Ia menambahkan, jika pemerintah yang baru tidak prorakyat, maka ia akan kembali merebut kekuasaan. DPP juga menyatakan bahwa kemenangan partainya menandai awal dari perubahan bersejarah dan arah bangsa terletak pada kebijaksanaan untuk rakyat.