REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meminta agar kepala dinas pendidikan tidak menganggap berbagai macam data statistik permasalahan pendidikan di Indonesia sebagai hal yang lazim.
"Saya berharap berita buruk yang ada di dunia pendidikan tidak dianggap sebagai hal wajar. Sebab itu bukan hanya angka statistik semata, namun masalah pendidikan yang harus diperbaiki,"kata Anies di Jakarta, Senin, (1/12).
Misalnya saja, terangnya, 75 persen sekolah tidak punya standar pelayanan minimal. Rata-rata nilai kompetensi guru 40 padahal standar minimalnya 70.
Sedangkan di bidang sains, berdasarkan PISA, Indonesia berada di urutan nomor 64 dari 65 negara. Ini bukan kejadian tahun ini saja tapi tren sejak tahun 2000.
Namun, lanjut Anies, sayangnya ini sering dianggap biasa oleh birokrat di bidang pendidikan. "Jangan anggap angka-angka ini sebagai data statistik semata. Tapi ini merupakan permasalahan yang harus diselesaikan,"katanya.
Harus ada upaya untuk mengubah cara pandang di birokrasi. "Masalah-masalah ini jangan dianggap sebagai angka-angka statistik rutin belaka,"ujarnya.
Menjadi di posisi paling bawah, lanjut Anies, jangan dianggap lazim atau normal. "Jangan anggap posisi bawah di PISA tidak apa-apa,"katanya.
Ia juga meminta kepala dinas pendidikan maupun birokrat tidak berubah hanya karena perintah dari pusat. Namun berubah karena punya tugas menyiapkan pendidikan masa depan Indonesia.
"Saya tidak rela menyaksikan anak-anak di posisi terbawah dalam dunia pendidikan. Di negara-negara lain, Korsel, Malaysia, Taiwan perkembangan pendidikannya bagus sekali,"ujarnya.