Senin 01 Dec 2014 15:02 WIB

Mendikbud: Masalah Pendidikan Bukan Hanya Angka Statistik

Rep: Diah Ratna Meta Novia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anies Baswedan
Foto: Old App
Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meminta agar kepala dinas pendidikan tidak menganggap berbagai macam data statistik permasalahan pendidikan di Indonesia sebagai hal yang lazim. 

"Saya berharap berita buruk yang ada di dunia pendidikan tidak dianggap sebagai hal wajar. Sebab itu bukan hanya angka statistik semata, namun masalah pendidikan yang harus diperbaiki,"kata Anies di Jakarta, Senin, (1/12).

Misalnya saja, terangnya, 75 persen sekolah tidak  punya standar pelayanan minimal. Rata-rata nilai kompetensi  guru 40 padahal standar minimalnya  70.

Sedangkan di bidang sains, berdasarkan  PISA,  Indonesia berada di urutan nomor  64 dari 65 negara.  Ini bukan kejadian tahun ini saja tapi tren sejak tahun 2000.

Namun, lanjut Anies, sayangnya ini sering dianggap biasa oleh birokrat di bidang pendidikan. "Jangan anggap angka-angka ini sebagai data statistik semata. Tapi ini merupakan permasalahan yang harus diselesaikan,"katanya.

Harus ada upaya untuk mengubah cara  pandang di birokrasi. "Masalah-masalah ini jangan dianggap sebagai angka-angka statistik rutin belaka,"ujarnya.

Menjadi di posisi paling  bawah, lanjut Anies, jangan dianggap lazim atau normal. "Jangan anggap posisi bawah di PISA tidak apa-apa,"katanya.

Ia juga meminta kepala dinas pendidikan maupun birokrat tidak berubah hanya karena perintah dari pusat. Namun berubah karena punya tugas menyiapkan pendidikan masa depan Indonesia.

"Saya tidak rela menyaksikan anak-anak di posisi terbawah dalam dunia pendidikan. Di negara-negara lain, Korsel, Malaysia, Taiwan perkembangan pendidikannya  bagus sekali,"ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement