Senin 01 Dec 2014 15:17 WIB

Golkar tak Sebaik yang Diperkirakan

Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung meninggalkan lokasi Musyawarah Nasional Golkar IX usai pembahasan tata tertib di Nusa Dua, Bali, Senin (1/12).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung meninggalkan lokasi Musyawarah Nasional Golkar IX usai pembahasan tata tertib di Nusa Dua, Bali, Senin (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan adanya konflik di tubuh Partai Golkar menunjukkan partai tertua di Indonesia tersebut tidaklah sebaik yang diperkirakan sebelumnya.

"Konflik Golkar menunjukkan, partai tersebut tidak sebaik yang diperkirakan. Semua orang bisa menafsirkan sendiri aturan main partai sehingga tidak ada kesepahaman," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin (1/12).

Firman mengatakan ibarat kapal, Partai Golkar saat ini memiliki banyak kapten yang berkaliber dan tidak bisa disatukan. Pihak-pihak yang berkonflik memiliki sumber daya besar sehingga tidak mudah didamaikan.

"Ada kemungkinan akan terjadi pola lama, yaitu berujung pada sempalan-sempalan yang mendirikan partai baru. Kecuali ada upaya dari senior-senior Golkar yang bisa meyakinkan pihak-pihak yang berkonflik supaya tetap satu kapal," tuturnya.

Namun, upaya mendamaikan tampaknya tidak mudah dilakukan. Firman mengatakan, mengikuti perkembangan terakhir, muncul gejala akan ada pengurus tandingan.

"Itu karena perbedaan usia dan jam terbang tokoh-tokoh yang berkonflik tidak jauh. Mungkin kalau yang berkonflik antara junior dengan figur yang sangat senior, akan lebih mudah ditengahi," katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie mengatakan terbentuknya Presidium Penyelamat Partai merupakan kudeta inkonstitusional terhadap partai.

"Saya imbau kepada kader-kader yang membentuk Presidium Penyelamat Partai, kepada mereka saya ajak untuk kembali ke jalan yang benar, bernaung di bawah pohon beringin," kata Aburizal Bakrie pada pembukaan Munas IX Partai Golkar di Denpasar Bali, Ahad (30/11) malam.

Menurut Aburizal, cara-cara yang dilakukan Presidium adalah kudeta inkonstitusional karena melabrak konstitusi partai. Dia mengatakan kebijakan partai tak bisa diputuskan oleh seseorang dengan cara-cara premanisme, intimidasi dan cara kekerasan.

Aburizal mengatakan meskipun ada wacana islah, munas di Bali tetap berjalan sesuai rencana. Sebab, islah tidak akan membatalkan keputusan rapat pimpinan nasional (rapimnas). Munas di Bali merupakan hasil keputusan rapimnas.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement