REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi Mesir yang tengah memanas mengundang kekhawatiran tersendiri bagi ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di negara tersebut. Pelaksana Harian (Plh) Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Aji Surya menyatakan piahknya akan terus memantau kondisi di sana.
Ketegangan di Mesir sendiri terus memuncak menyusul bebasnya mantan Presiden Hosni Mubarak dari tuduhan pembunuhan ratusan orang demonstran pada revolusi 2011 lalu. Mubarak beserta para pembantunya dinyatakan tidak bersalah. Hal tersebut membuat gelombang protes terus bermunculan.
Aji mengatakan sedikitnya enam ribu WNI berada di Mesir saat ini termasuk mahasiswa yang berjumlah sekitar tiga ribu orang. Sedangkan, untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sendiri tercatat ada sekitar 900 orang.
"Namun ada data yang menunjukan bahwa WNI di Mesir lebih dari enam ribu," ujar Aji kepada //Republika//, Senin (1/12).
Menurutnya, masih banyaknya WNI yang enggan melapor ke KBRI membuat pihaknya sulit mencari angka akurat mengenai jumlah WNI di Mesir. Aji menambahkan bahwa banyak WNI terutama para mahasiswa yang tidak terlalu khawatir atas kondisi yang terjadi saat ini disana.
Menurutnya, para mahasiswa sudah belajar dari pengalaman revolusi pada 2011 lalu dengan menjauhi titik-titik dimana lokasi bentrokan kerap terjadi.
Selain itu, lanjutnya, Universitas Al-Azhar juga memberikan jaminan perlindungan kepada mahasiswanya termasuk yang berasal dari Indonesia apabila terjadi kerusuhan dapat segera datang ke kampus atau asrama yang telah disediakan. Meski menurutnya keadaan belum terlalu mengkhawatirkan, Ia juga menegaskan bahwa KBRI disana selalu siaga dan siap memberikan penampungan serta perlindungan kepada WNI.
"KBRI selalu membuka diri dalam keadaan genting untuk menampung keluhan dan masalah," lanjutnya.