Selasa 02 Dec 2014 09:09 WIB

PBB Desak Aksi Nyata Pengurangan Emisi Karbon

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Winda Destiana Putri
Emisi karbon
Foto: concurringopinions.com
Emisi karbon

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- PBB menggelar konvensi perubahan iklim, UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) untuk membuat outline pakta kerja pada 2015 dalam menghadapi perubahan iklim, Senin (1/12) kemarin.

Konvensi ini mengumpulkan delegasi dari 195 negara dalam rapat selama 12 hari. Konvensi akan membuat kesepakatan dalam pakta 'heart' yang merupakan janji negara-negara untuk mengurangi polusi karbon rumah kaca. Komitmen nasional para negara ini akan ditutup pada Desember 2015 dan membawa dampak pada 2020.

"2014 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah dan emisi terus meningkat. Kita harus bertindak segera," kata ketua UNFCCC, Christiana Figueres kepada para delegasi, dikutip AFP, Selasa (2/12). Ia mendesak mereka untuk membuat sejarah.

Menurutnya, draft kesepakatan untuk iklim universal baru harus segera dibuat. PBB bersumpah untuk membatasi pemanasan global hanya dua derajat celcius selama revolusi pre industrial.

Para peneliti mengatakan Bumi akan lebih keras pada akhir abad ini. Akan ada badai parah, banjir, kekeringan dan kenaikan air laut. Mereka menyeru segera mengurangi emisi hingga level aman.

"Semakin kita mengganggu iklim, semakin beresiko bahaya yang kita dapat. Dampaknya meresap dan tidak akan kembali lagi," kata ketua panel peneliti iklim PBB, Rajendra Pachauri.

Menurutnya, jika tidak beraksi sekarang maka sistem bumi tidak akan bisa mendukung porsi besar manusia dalam beberapa dekade ke depan. Untuk mencapai target dua derajat celcius, perlu komitmen politik untuk melakukan efisiensi energi dan mengubah bahan bakar.

Kesepakatan menjadi alot karena negara berkembang juga memiliki misi memajukan negeri. Negara-negara yang sedang berkembang seperti Cina, India, Indonesia dan Brazil saat ini menjadi penyumbang emisi karbon terbesar di dunia.

Ketua konferensi yang juga merupakan menteri lingkungan Peru, Manuel Pulgar-Vidal mengatakan ini saatnya membangun jembatan. "Kami ingin konferensi ini membangun kepercayaan, kesempatan dan penentuan yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan yang dunia butuhkan," kata dia.

Konvensi ini dihadiri 10 ribu delegasi, aktifis, jurnalis dan staf di balik layar. Sekitar 40 ribu polisi membantu menjaga keamanan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement