REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan PBB menilai bahwa Sierra Leone belum memiliki fasilitas yang cukup di pusat perawatan untuk mengisolasi para pasien Ebola, tetapi secara keseluruhan, prognosis atau perkiraan situasi dari gelombang penyakit mematikan itu mulai berubah ke arah lebih baik.
"Respon global terhadap krisis Ebola telah berhasil mengubah situasi krisis ini menjadi lebih baik," kata Kepala Misi PBB untuk Tanggap Darurat Ebola Anthony Banbury di Freetown, Selasa (2/12).
Namun, Banbury mengatakan sampai sekarang masih ada beberapa wilayah yang masih mengalami krisis Ebola serius.
Asisten Direktur Jenderal WHO Bruce Aylward mengatakan jumlah tempat tidur untuk pasien Ebola di barat Sierra Leone terlalu sedikit.
Selain itu, mengingat penyebaran geografis Ebola di Guinea, di mana sebagian besar tempat tidur untuk pasien Ebola hanya terdapat di beberapa pusat perawatan yang besar, hal itu merupakan "suatu persoalan penting".
Namun, prognosis (kasus Ebola) di Sierra Leone, di mana akan dibuka banyak fasilitas baru dalam beberapa minggu ke depan, "sangat baik", kata Aylward.
Dua bulan lalu, PBB menetapkan target agar 70 persen dari korban meninggal akibat Ebola dapat dimakamkan dengan aman, dan 70 persen pasien Ebola dirawat di ruang isolasi dalam waktu 60 hari. Kedua target itu dipandang sebagai kunci untuk menghentikan penyebaran epidemi Ebola.
Menurut Aylward, wilayah Guinea dan Liberia telah mencapai kedua target itu, namun beberapa daerah di Sierra Leone masih belum melakukan kedua hal itu, sehingga menyebabkan penyebaran lanjutan Ebola di daerah tersebut.
"Upaya untuk mencapai 100 persen dari kedua target itu pada akhir tahun ini akan menjadi 'terulur'," kata dia.
David Nabarro, yang memimpin program respon PBB terhadap epidemi Ebola, mengatakan wabah penyakit mematikan itu "melambat di beberapa daerah dan meningkat di beberapa daerah lain. Penyebaran virus Ebola terus berubah dari minggu ke minggu. Dan situasi dapat memburuk secara tiba-tiba".
"Tujuan mendasar kami adalah mencoba memastikan agar wabah Ebola menghilang dan tidak menjadi kenyataan hidup bagi orang-orang di Afrika Barat atau di wilayah mana pun di dunia," kata Nabarro.
WHO menyebutkan bahwa sebanyak 5.987 orang meninggal dunia akibat Ebola di tiga negara di Afrika Barat yang paling terkena dampak wabah penyakit itu -- Liberia, Sierra Leone dan Guinea.
Asisten Direktur Jenderal WHO Aylward mengatakan pola respon masyarakat akan berubah seiring penyebaran Ebola yang melambat.
Dengan penyediaan ruang isolasi dan penguburan yang aman, masalah berikutnya adalah mengatasi ketidakpercayaan dan kepercayaan tradisional di tengah masyarakat untuk memastikan bahwa orang-orang benar-benar menggunakan fasilitas yang disediakan.
Sementara itu, ribuan penduduk setempat telah dikerahkan untuk berusaha melacak orang yang telah melakukan kontak dengan setiap pasien Ebola.
Upaya pelacakan tersebut membantu meredam penyebaran wabah di Nigeria dan Senegal.
Namun, di beberapa negara yang paling parah terdampak Ebola, data untuk melacak orang yang terjangkit penyakit itu masih sangat tidak akurat, apalagi Liberia keliru menambahkan sekitar 1.000 korban meninggal pada angka kematian yang terakhir dipublikasikan pada akhir pekan.