REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Sosial melalui Tim Reaksi Cepat (TRC) mengakui ketidaktahuannya mengenai kasus nenek meninggal karena antre Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Kepada Republika TRC menyampaikan bahwa belum ada laporan masuk ke Kemensos terkait berita tersebut.
"Maaf tapi untuk saat ini belum ada laporan mengenai kabar tersebut," seperti itulah keterangan yang diberikan TRC, Selasa (2/12). Tidak ada kejelasan mengapa Tim Reaksi Cepat Kemensos belum mendapatkan informasi tersebut. Padahal kasus ini sudah banyak dipublikasikan oleh berbagai media.
Berdasarkan berita yang beredar Nenek bernama Moah (60) meninggal saat mengantre pembagian BLSM. Janda tua itu ikut mengantre di Kantor Desa Mumbulsari Jember. Sebelumnya ia berangkat dari rumah dengan berjalan kaki selama tiga jam.
Setelah sampai di lokasi pembagian BLSM nenek Moah berdesak-desakan bersama 900 orang lainnya selama berjam-jam. Bukan hanya nenek Moah yang terjatuh kelelahan. Seorang ibu bernama Atin pun pingsan.
Keduanya sempat dibawa ke puskesmas setempat. Namun nyawa nenek Moah tidak tertolong.
Walaupun ada korban yang meninggal, pembagian BLSM tetap diteruskan. Masyarakat pun tetap menunggu pembagian uang tunai sebesar Rp 300 ribu itu hingga pukul 15.00.
Peristiwa ini menambah panjang sejarah kelam pembagian BLSM. Selain penyalurannya yang sering tidak tepat sasaran, sejumlah korban pun berjatuhan. Sebagaimana pernah terjadi di tahun 2005. Seorang kakek jatuh pingsan pada saat pembagian bantuan langsung tunai.