REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Daya saing Indonesia dianggap masih terendah ketimbang negara lainnya di Asia. Hal itu disampaikan Pakar Hukum Bisnis Dhaniswara K Harjono terkait persaingan pasar bebas ASEAN ke depan.
Menurut dia, masih banyak sektor yang belum memadai seperti pendidikan, infrastruktur, hukum, maupun kemampuan bahasa (Inggris) masyarakat."Daya saing kita paling rendah, kalau saya nilai barangkali kita di peringkat kelima atau enam di Asia," ujar Dhaniswara di Jakarta, Selasa (2/11).
Dilanjutkannya, dari sektor infrastruktur misalnya masih kalah dibandingkan negara lain. "Contoh kasus misalnya lebih mahal mendapat jeruk dari Pontinanak dibanding Singapura. Berkirim barang dari Jawa ke Papua luar biasa mahal. Betapa infrastruktur kita masih sangat rendah," lanjut dia.
Lalu sektor pendidikan, menurut dia, dengan mayoritas masyarakat Indonesia merupakan lulusan Sekolah Dasar juga akan menjadi ancaman mengingat tidak sebanding dengan negara Asia lainnya.
"Tenaga kerja Singapura rata-rata sarjana, juga negara Asia lainnya. Kita sebaliknya, persentase sarjana paling sedikit. Ini membahayakan, orang Indonesia hanya jadi buruh nantinya," kata dia.
Disamping itu, penguasaan bahasa Inggris masyarakat yang umumnya rendah juga sangat mengkhawatirkan. "Dari contoh sederhana saja misalnya bandara akan memilih pegawai yang cakap bahasa Inggrisnya apalagi pekerjaan lain, dan tahu sendiri kemampuan bangsa kita sangat rendah," tandasnya.
Belum lagi persoalan penegakan hukum dalam negeri yang menurutnya juga masih carut marut.
"Kita tahu persoalan hukum baik pidana maupun perdata kita masih sangat bermasalah. Terkait ekonomi juha, hukum bisnis masih butuh banyak perbaikan," katanya.
Kendati begitu dia menambahkan, siap tidak siap, tidak ada kata terlambat untuk Indonesia mempersiapkan diri. "Walaupun negara lain lebih dulu melancarkan persiapan dan menganggap kita adalah pangsa pasar paling potensial," kata dia.