REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan pemilihan umum lebih awal dari yang telah dijadwalkan Israel. Seruan itu disampaikan usai ia memecat dua menteri kabinet senior di pemerintahannya.
Dilansir dari Aljazirah, kantor Netanyahu mengatakan pada Selasa (2/12), ia telah memecat Menteri Keuangan Yair Lapid dan Menteri Kehakiman Tzipi Livni. Pemerintahan saat ini telah terpecah, untuk itu Netanyahu menyerukan pemilu dini.
"Saya tak akan mentolerir setiap oposisi dalam pemerintahan saya," ungkap pernyataan. Dikatakan, Netanyahu akan segera membubarkan parlemen dan mencari 'mandat yang jelas' dari masyarakat untuk memimpin bangsa, dengan pemilu.
Lapid dan Livni selama ini telah begitu sengit melontarkan berbagai kritikan pada perdana menteri. Pemerintag koalisi pun terpecah atas beberapa isu-isu kunci dalam beberapa pekan terakhir.
"Penembakan menteri adalah tindakan pengecut dan hilangnya kontrol," kata Lapid setelah pemecatannya. "Kami sedih melihat perdana menteri telah memilih bertindak tanpa pertimbangan untuk kepentingan nasional dan menyeret Israel ke pemilu yang tak perlu."
Dalam sebuah konferensi pers, Netanyahu mengatakan tak mungkin memimpin negara dengan pemerintahan yang tak berfungsi dengan baik. Ia mengatakan akan bertindak untuk membubarkan parlemen saat ini.
Jika pemilu dini jadi digelar, media Israel mengatakan kemungkinan akan diselenggarakan pada bulan Maret.
Di Brussels, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menolak mengomentari politik internal Israel. "Jelas kami berharap pemerintah akan terbentuk dengan cara apa pun, bahwa pemilihan akan menghasilkan.
Pemerintahan nantinya harus dapat bernegosiasi dan menyelesaikan perbedaan antara Israel dan palestina," kata Kerry.