REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akibat hukuman yang dijatuhkan Komisi Disipilin (Komdis) PSSI, cukup membuat keuangan PSS Sleman dan PSIS Semarang bobol. Bagaimana tidak, selain dikenai denda ratusan juta, kedua kesebelasan tersebut, dipastikan akan kembali menguras dalam-dalam khas mereka untuk mengajukan banding atas keputusan Komdis tersebut. Tak tanggung-tanggung PSSI mematok tarif Rp 10 juta per kasus yang akan dibanding.
"Rp 10 juta, ini sangat tinggi sekali bagi kami, ada sekitar 24 orang yang dijatuhi sanksi. Artinya kami harus menyiapkan dana sekitar Rp 240 juta biaya banding. Bulan ini dipastikan keuangan kami terkuras habis," keluh, Direktur PT Putra Sleman Sembada sekaligus Manajer PSS, Supardjiono saat dihubungi, Senin (1/12).
Apalagi tim berjuluk Super Elang Jawa, berencana akan membanding semua keputusan Komdis tersebut. Sebanyak 24 keputusan yang akan dibanding, terdiri dari dua orang dari manajemen, tiga orang di tim pelatih, dan 17 pemain.
Kemudian dua pembantu umum, satu yakni kitman dan satu masseur. Bahkan bisa bertambah menjadi 25 orang yang akan diajukan banding, hanya saja hukuman Supardjiono sendiri belum dijatuhkan oleh Komdis. Lantaran saat sidang dikantor PSSI, Supardjiono tidak bisa hadir.
Selain mengeluarkan dana yang besar untuk menyelesaikan kasus sepak bola gajah yang mereka peragakan di delapan besar Divisi utama. Manajemen PSS juga harus melunasi gaji para pemain. Padahal kata Supardjiono, saat ini timnya tidak mempunyai pemasukan sama sekali, tapi biaya terus dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah yang sedang menimpa timnya.
"Kami berharap banding kami diterima. Sejauh ini kami sudah mengeluarkan banyak biaya untuk mengurusi kasus ini, kami memiliki tanggung jawab besar atas para pemain juga official tim," harap Supardjiono.