REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Militan Islam al-Shabaab merupakan kelompok yang memerangi pemerintah yang didukung PBB di Somalia. Al-Shabaab diduga bertanggung jawab atas serangkaian serangan di negara tetangga Kenya.
Dilansir dari BBC News, kelompok yang berafiiasi dengan Alqaidah ini dipimpin oleh Ahmed Abdi Godane, atau lebih dikenal dengan Mukhtar Abu Zubair. Ia berasal dari wilayah yang memisahkan diri di utara Somalia.
Abu Zubair sangat jarang terlihat di depan umum. Pendahulunya Moalim Aden Hashi Ayro, tewas dalam serangan udara Amerika Serikat pada 2008.
Godane berada di belakang kedekatan al-Shabaab dengan Alqaidah dan beraliran garis keras, memiliki agenda internasional. Sementara saingannya Sheikh Hassan Dahir Aweys, lebih fokus pada perjuangan di dalam Somalia. Ia sekarang dalam tahanan pemerintah, sementara beberapa sekutunya telah tewas.
Al-Shabaab yang dalam bahasa Arab berarti pemuda, memang awalnya muncul sebagai sayap pemuda radikal Somalia. Awalnya mereka menguasai Mogadishu pada 2006, sebelum dipaksa keluar oleh pasukan Ethiopia.
Ada banyak laporan yang menyatakan, para militan asing akan ke Somalia untuk membantu al-Shabaab. Kelompok teroris yang dilarang oleh AS dan Inggris ini diyakini memiliki 7.000 hingga 9.000 pejuang.
Pada tahun 2011, al-Shabaab melakukan serangkaian serangan dan penculikan di seberang perbatasan Kenya. Kenya menanggapi dengan mengirimkan pasukan ke wilayah Somalia untuk melawan militan.
Sejak itu, serangan sporadis terus berlangsung di Kenya. Serangan terbesar terjadi di pusat perbelanjaan Westgate Nairobi pada 2013. Peristiwa itu menewaskan setidaknya 68 orang.
Para analis mengatakan, militan sering masuk dan meninggalkan Kenya tanpa dicegat. Pejuang mereka meminta perawatan medis di Nairobi.
Awal tahun ini, ada kerusuhan di Mombasa setelah seorang ulama Muslim radikal ditembak mati. Ia dituduh merekrut anak-anak untuk al-Shabaab.
Meski telah kehilangan banyak kendali di kota-kota besar, namun mereka masih mendominasi banyak daerah di pedesaan. Al-Shabaab dipaksa keluar dari ibukota Mogadishu pada Agustus 2011. Mereka meninggalkan pelabuhan penting Kismayo pada September 2012.
Lepasnya Kismayo memukul keuangan al-Shabaab. Sebab kota tersebut digunakan untuk mendapat penghasilan dari perdagangan arang yang menguntungkan.
Meski pasukan Uni Afrika terus mencoba menekan al-Shabaab, namun kelompok ini masih mampu melakukan serangan bunuh diri di Mogadishu dan tempat lain. Al-Shabaab pendukung Wahabi Saudi, sementara sebagian besar orang Somalia adalah sufi.
Mereka telah memberlakukan hukum Syariah secara ketat di daerah-daerah yang berada di bawah kendalinya. Termasuk melakukan hukum rajam sampai mati, bagi wanita yang dituduh berzinda dan mengamputasi tangan pencuri.