REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua umum PBNU, KH Hasyim Muzadi berencana mengumpulkan sekitar 400 ulama di Pesantren Al Hikam, Depok pada 6-8 Desember mendatang. Acara itu bertujuan untuk memberi pemahaman utuh tentang masalah terorisme kepala alim ulama yang hadir. Acara tersebut merupakan kerjasama yang diinisiasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Bersama BNPT diselenggarakan silaturahim ulama dalam penanggulangan terorisme untuk ketahanan nasional. Masalah ini mnejadi penting karena ada beberapa faktor, terutama penanggulangan terhadap terorisme belum komprehensif, baru pada represif dan pangkalnya tak disentuh," kata Hasyim di Jakarta, Rabu (3/12).
Menurut Hasyim, aparat berwenang selama ini memiliki kesulitan untuk menangani terorisme secara utuh. Aparat berwenang, khususnya BNPT, kata dia, hanya bisa bertindak menangkap dan memberantas teroris. Padahal, persoalan terosime harus ditangani dari hulu ke hilir.
Dengan menggandeng ulama, diharapkan para teroris yang selama ini diidentikkan sebagai lulusan pesantren bisa ditangani. Caranya para ulama diberi pemahaman holistik bagaimana cara menangkal ideologi dan visi keagamanan yang disebarkan teroris, yang tidak selaras dengan Pancasila dan NKRI.
"Penanggulangan di hilir, yakni security dan represif tak akan menyelesaikan masalah, hanya akan menjadi dendam dan menimbulkan banyak korban. Inilah yang harus ditangani dan menjadi tugas ulama gabungan dengan aparat untuk menangani terorisme," kata Hasyim.
Dia melanjutkan, berdasarkan pengamatannya selama ini, penanganan terorisme berjalan kurang optimal. Pasalnya, lintas institusi yang terkait dalam upaya penanggulangan terorisme belum melahirkan konsep terpadu dari pemerintah itu sendiri.
Kegiatan yang bakal dihadiri sejumlah pakar dan akademisi ini akan menghasilkan rekomendasi sekaligus evaluasi penanganan terorisme hingga rencana aksi secara formal dan penanganan terorisme mulai dari akarnya. "Bersamaan dengan itu kita harapkan ada konsep terpadu, dengan menggandeng ulama terkemuka di Jawa dan Madura dalam satu forum," kata ulama berusia 70 tahun itu.
Guna mencari solusi konkret agar terbentuk sistem terpadu dalam penanganan teroris, pihaknya bersama BNPT sudah menyetujui untuk menghadirkan dua mantan teroris yang telah insyaf. Keduanya adalah pelaku Bom Bali pada 2002, yang akan berbagi kisah agar dijadikan para hadirin sebagai pelajaran dalam mencegah lahirnya bibit terorisme di pesantren.
"BNPT akan mengundang Ali Imron dan Ali Fauzi untuk menceritakan pengalamannya ketika menjadi teroris. Outputnya ulama bisa beri rekomendasi kepada pemerintah dan imbauan kepada alim ulama untuk menolak terorisme."
Kepala BNPT Komjen Saud Usman Nasution menyatakan, tujuannya menggandeng para alim ulama agar mereka bisa dlibatkan dalam upaya untuk mencegah dan memerangi bibit terorisme. "Kita menyiapkan agar mereka paham, ada isu muncul teroris, ulama bisa menangkal, agar mereka bisa paham untuk kembali ke ajaran agama. Kita butuh bantuan masyarakat untuk mengatasi masalah ini," kata Saud.