REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelola maskapai kebanggaan nasional mulai menjerit. Dirut PT Garuda Indonesia (GIA) Emirsyah Satar mengaku pihaknya memerlukan tambahan modal sebesar 700 dolar AS. Modal tersebut, katanya, diperlukan agar perusahaan tetap tumbuh dengan lebih prima.
" Tapi itu (tambahan modal-red) tergantung dari pemegang saham, mau tumbuh atau tidak," ujarnya baru-baru ini di Jakarta.
Lalu bagaimana jika tak ada tambahan modal? Emirsyah Satar pun menegaskan, kinerja tentunya tidak akan tumbuh seperti yang diharapkan. Padahal, persaingan maskapai internasional saat ini kian tajam.
Belum lagi perbandingan harga avtur yang bedanya mencapai 12 persen dibanding negara lain. Menurutnya harga avtur di Cengkareng jauh lebih mahal dibandingkan dengan avtur di negara lain semisal Singapura, Malaysia, dan Bangkok. Padahal, katanya lagi, harga avtur bisa menyedot biaya operasional antara 40 hingga 50 persen.
" Airline kita bakal terkapar semua," ujarnya seraya mengatakan pihaknya bersama dengan INACA (Indonesia National Air Carriers Association) telah membicarakan masalah ini dengan Kementerian Keuangan serta unsur terkait lainnya.