REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pengamat politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengkritik Nurdin Halid yang secara terang-terangan berpihak dalam pemilihan ketua umum Partai Golkar periode 2015-2020. Menurut Emrus, Nurdin seharus tetap bersikap secara independen dan membuka ruang bagi kader-kader yang berhak maju sebagai calon ketua umum Partai Golkar.
“Nurdin Halid memang akui berpihak. Apapun alasannya sebagai seroang steering comitee di sebuah komopetisi, dia berada pada posisi netral, tidak boleh berpihak,” kata Emrus, Kamis (4/12).
Sikap yang diperlihatkan Nurdin selama memimpin gelaran Munas Partai Golkar di Bali kata Emrus mencederai proses demokrasi yang ada di partai beringin. Untuk itu, Emrus menilai wajar bila calon ketua umum Airlangga Hartarto memilih mundur dari pencalonan lantaran adanya indikasi persaingan tidak sehat.
Bila Airlangga meneruskan pencalonannya, maka ia akan dituding memaklumi hal-hal yang bertentangan dengan demokrasim partai. “Bagaimana mau main, jurinya sudah tidak adil. Jadi wajar kalau Airlangga mundur,” ucap Emrus.
Seperti diberitakan sebelumya, Nurdin Halid terekam video saat mengarahkan sejumlah DPD Partai Golkar untuk memenangkan Aburizal Bakrie. Di dalam video tersebut, Nurdin mengatakan Ical harus bertahan sebagai ketua umum lantaran menjadi figur penting dalam mensolidkan Koalisi Merah Putih. Nurdin pun tak menampik saat diklarifikasi pertemuan tersebut. Menurut dia sah-sah saja penyelenggara mempunyai keberpihakan dalam Munas.