REPUBLIKA.CO.ID, Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, telah secara aklamasi memilih Aburizal Bakrie menjadi ketua umum Partai Golkar lagi. Kemenangan secara aklamasi ini bukan hal yang mengejutkan, karena sejak awal para calon ketum lainnya sudah mengendus adanya skenario pemenangan Ical secara aklamasi. Sehingga mereka ramai-ramai menolak Munas IX Bali karena dianggap tidak fair dan menyalahi AD/ART Partai Golkar.
Di tengah-tengah penyelenggaraan munas, muncul rekaman yang diduga merupakan suara Nurdin Halid yang melakukan pertemuan dengan ketua-ketua DPD I Golkar. Isi pertemuan itu adalah membuat skenario persidangan untuk meloloskan tata tertib, yang akan memudahkan Ical untuk terpilih lagi menjadi ketua umum.
Berikut adalah transkrip rekaman yang diduga merupakan suara Nurdin Halid:
Saudara-saudara sekalian, setelah itu hal ini tetap bergulir sampai kita berada di Bali. Mereka tetap memaksakan kehendak. Hanya memang terus terang, kami sedikit galau waktu ini.
Mereka menggunakan ban demokrasi, namun berlaku otoriter. Dia menuduh kita tidak transparan, tidak demokratis. Bagaimana demokrasi kalau kemudian mengatakan ARB tidak boleh maju. ARB bukan miliknya Partai Golkar, ia bukan kekuasaan.
Bagaimana mau demokratis, kita sedang rapat di rumah sendiri, preman didatangkan. Mana? Itulah cara-cara yang sama sekali bukan karakter Partai Golkar.
Oleh karena itu, saudara-saudara sekalian, maka pada pasca-rapimnas, DPD Provinsi berkumpul, maka kita putuskan. Mereka punya skenario-skenario untuk menggagalkan munas melalui tidak memberikan izin dan sebagainya. Maka dari itu mereka bikin tindakan anarkis DPD supaya memancing kekuasaan masuk untuk menyatakan kondisi bangsa lebih penting dari pada kondisi Golkar. Jangan dikasih izin. Dengan perjuangan kawan-kawan, di sini ada Pak Bambang Soesatyo, Pak Azis Syamsuddin, kita semua berjuang sehingga mereka tidak berhasil.
Tadi setengah jam lalu ketua umum telepon (Ical) ketua umum menghadiri kabinet pak Muldoko. Beliau dibisiki, Pak Muldoko mengatakan, saya sudah bicara ke Kapolri, untuk amankan Munas bapak dan tidak usah khawatir lagi (peserta rapat tepuk tangan).
Dan saya juga tadi sore Pak Azis, saya ditelpon langsung Pak Kapolri tadi sore. Meskipun saya sebulan ini kurang tidur hari ini, tadi malam bersama pak Kukun, pak Prike, pak Bambang, pak Mus, pak Ridwan Bae sampai jam 4 subuh masih di rumah.
Kalau malam lalu dengan pak Hendra sampai jam 4 subuh baru meninggalkan rumah. Apa yang kita bikin? kita mendiskusikan bagaimana orang-orang ini kok mau menghancurkan. Dan ini niatnya tidak bagus, bukan untuk membangun Golkar tapi menghancurkan Golkar. Dan saya sudah punya rekaman rapat mereka tanggal 27 malam di Santika. Rapat mereka dimana-mana saya pasang intel. Ada rekamannya. Dan itu skenario dari luar.
Tapi sekarang tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali kita harus memiliki tekad, dengan hati satu, sikap kita satu, untuk mensukseskan Munas itu. Mereka sekarang masih terus bergerak ini. Tapi sekarang untuk izin sudah tidak ada masalah. Keamanan tidak ada masalah.
Saya dulu punya pengalaman tahun 2009 pada 9 januari, Kongres PSSI digugat. Ada yang demo saya di luar, tapi kita tidak pernah tahu (yang) di dalam itu ada demo. Dihadang sama pecalang-pecalang itu. Mudah-mudahan ini terjadi di kita . Kalau mau demo silahkan saja demo di luar.
Tapi yang kita antisipasi adalah, mereka menyusup sebagai peserta, di dalam, bikin keonaran dalam sidang, kemudian memancing keamanan untuk membubarkan. Itu skenario mereka. Nah sekarang semua harus kita antisipasi.
Maka dari itu DPD I memutuskan kita harus punya jagoan-jagoan di dalam ruang sidang. Dan jagoan-jagoan itu adalah bapak-bapak sekalian. Saudara-saudara sekalian akan dipilih 2 orang setiap provinsi, nanti bertambah jadi tiga-empat tidak apa-apa. Jadi 2 x 34 menjadi 68 orang itu tidur bersama saya di Melia supaya kita mudah berkomunikasi, dan kita mudah berkoordinasi.
Apa yang harus diperjuangkan? Pertama adalah tata tertib. Tata tertib munas. Ini licik.. Ini licik.. Kalau tata tertib munas ini bisa sahabat-sahabat 68 orang ini sebagai tulang punggung, sebagai jubir untuk menguasai persidangan. Tentu nanti bersama anggota DPD dengan yang lain, tetapi dengan adanya floor leader ini. Inilah yang menjadi garda terdepan.
(Terdepan) dalam segala hal. Berdebat dengan argumen yang tinggi, menguasai materi, berkelahi pun bisa (peserta: siap....siap... lalu bertepuk tangan).
Nanti bersama Pak Freddy, Pak Freddy ini wakil ketua bidang organisasi tata tertib. Tata tertib kita ada perbedaan dengan tata tertib di Munas Pekanbaru. Kalau di Munas Pekanbaru saya hanya menunjukan satu pasal saja, hanya menyangkut copy paste dari AD/ART kemudian nambah satu poin di kriteria calon ketua umum.
Kalau sekarang tidak. Kita angkat payung hukum, untuk prosesi rekrutmen calon ketua umum. Kita angkat ke tata tertib munas. Hal yang sangat teknis dan itu detail, itu baru di tata tertib pemilihan, tata cara pemilihan. Tata tertib munas kita ini pasal 22, kalau itu bapak-bapak, semua saudara-saudaraku, semua sahabat-sahabatku, bisa berhasil maka 99% munas selesai. Kunciannya (peserta rapat: setuju.... lalau bertepuk tangan).
Ini kita sudah saudara semua ya, jadi kita buka-bukaan saja ya... (ada yang nyeletuk: saya penyusup..saya penyusup...Nurdin lalu tertawa). Ini hati kita sudah satu ya. Semua ya...